UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN AWAK KAPAL LPG TENTANG PENANGANAN MUATAN LPG GUNA KELANCARAN PROSES BONGKAR MUAT DI KAPAL MT GAS KOMODO



BAB I
PENDAHULUAN


A.      LATAR BELAKANG MASALAH
LPG (liquefied Petroleum Gas), yang berarti: "gas minyak bumi yang dicairkan", adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. LPG adalah produk dari proses pencairan campuran-campuran hidrokarbon alamiah yang diperoleh  dalam cakupan  minyak bumi.  Komposisinya  berbeda-beda antara satu lapangan dengan lapangan lainnya, yaitu 65% dapat terdiri dari metan, 0% sampai dengan 16% etan, sisanya yang lain boleh jadi propena, butana, pentana, nitrogen dan karbon dioksida. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya hingga mencapai -420 C, gas dapat berubah menjadi cair. Komponen utama dari LPG didominasi oleh unsur propana (C3H8) dan unsur butana (C4H10). LPG juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12).
Sebagian besar gas cair adalah hidrokarbon yang menjadi sumber energi utama di bumi. Akan tetapi, hidrokarbon juga dapat menimbulkan resiko bahaya yang cukup besar, karena sifatnya yang mudah terbakar. Oleh karena itu, setiap langkah praktis yang di ambil untuk meminimalisir kebocoran harus dilakukan sesuai prosedur yang benar dan untuk mencegah setiap sumber nyala api. LPG merupakan produk yang dapat diperoleh dari pemurnian minyak bumi. Untuk pelaksanaan kegiatan distribusi eksport LPG ke negara-negara pengimpor maka moda transportasi yang lebih aman dan efisien adalah sarana transportasi laut, karena dapat mengangkut muatan LPG dalam kapasitas yang cukup besar.


Sarana transportasi laut yang memenuhi kriteria untuk hal ini adalah tipe kapal tanker jenis Gas Carriers yang di desain khusus untuk mengangkut muatan gas dalam bentuk cair. Kapal tanker pengangkut LPG adalah kapal yang khusus dibangun untuk mengangkut LPG dalam jumlah yang besar, kapasitasnya antara 3.000 m3 sampai 60.000 m3 dan biasanya diperuntukkan bagi proyek-proyek tertentu di mana kapal-kapal tersebut beroperasi yang kontraknya biasanya berkisar antara 10 sampai 15 tahun. Kapal pengangkut LPG ini menurut penulis adalah merupakan sarana transportasi yang paling efisien, karena yang diangkut adalah gas alam yang telah dicairkan, di mana rasio perbandingan antara volume gas LPG bila menguap dengan gas LPG dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi biasanya untuk LPG sekitar 250:1. Sehingga dapat dibayangkan bahwa sebuah kapal pengangkut LPG yang mengangkut gas alam yang telah dicairkan akan sebanding dengan 250 kapal pengangkut gas yang muatannya masih dalam bentuk gas.
Dalam kondisi atmosfer, LPG akan berbentuk gas. Volume LPG dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu LPG dipasarkan dalam bentuk cair ke dalam tangki atau tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung LPG tidak diisi secara penuh, namun hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya.
LPG adalah muatan yang sangat berbahaya yang termasuk dalam klasifikasi muatan berbahaya kelas dua, karena sifatnya yang mudah terbakar. Sehingga diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam penanganannya baik bagi awak kapal maupun buruh pelabuhan. Sekarang perusahaan-perusahaan pelayaran yang mempunyai armada LPG telah memfasilitasi dan memberikan awak kapalnya dengan training atau familiarisasi tentang LPG, yang biasanya berlangsung selama satu minggu. Seperti contoh perusahaan Indonesia BLT yang telah mempunyai 27 armada kapal tanker jenis gas carrier. MT GAS KOMODO adalah salah satu kapal tanker VLGC pengangkut LPG yang dioperasikan oleh PT Berlian Laju Tanker Tbk. yang dibangun pada tahun 1991 dan sering singgah atau melaksanakan operasi pemuatan di PT Badak Bontang Kalimantan Timur, Tanjung Uban,dan Tanjung Jabung. Dan tujuan daerah pembongkaran di Kalbut Situbondo, Teluk Semangka,dan Balongan. Kapal saya saat ini di charter oleh Pertamina untuk di jadikan mother ship, untuk di operasikan di wilayah-wilayah pembongkaran yang telah saya sebutkan di atas. Kapal tempat saya praktek di gunakan sebagai Mother Ship dan di gunakan sebagai kapal induk untuk STS (ship to ship) dengan kapal lain. Pada pelaksanaan cargo operation kapal saya sering terjadi beberapa kendala-kendala yang terjadi pada saat cargo operation tersebut, seringkali terjadi kendala-kendala yang menyebabkan proses bongkar ataupun memuat menjadi terganggu, terutama pada saat persiapan pemindahan muatan dari darat ke kapal yaitu kurang mengertinya penggunaan alat-alat dalam pengoprasiannya, contohnya pada saat membuka fleksible hose (selang yang diggunaka pada saat membongkar), terutama untuk ABK (bosun, juru mudi,dan OS). Kendala-kendala tersebut sering terjadi di atas kapal MT GAS KOMODO yang disebabkan oleh prosedur pemuatan yang tidak dikerjakan dengan benar dan kurangnya pemahaman awak kapal mengenai prosedur dan karakteristik muatan LPG tersebut.
Menurut pakar-pakar psikologi bahwa seseorang atau manusia akan lebih memahami suatu pembelajaran apabila pembelajaran tersebut diberikan dalam bentuk praktek dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mencoba atau mempraktekan peralatan tersebut. Sama halnya seperti yang dikatakan oleh orang bijak, bahwa kita akan belajar lebih banyak mengenai sebuah jalan dengan cara menempuhnya, daripada dengan mempelajari semua peta yang ada di dunia.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka timbulah hal yang menarik yang melatarbelakangi penulis untuk memilih judul yaitu :
UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN AWAK KAPAL LPG TENTANG PENANGANAN MUATAN LPG GUNA KELANCARAN PROSES BONGKAR MUAT DI KAPAL MT GAS KOMODO“.

B.     IDENTIFIKASI MASALAH
Selama saya berada di atas kapal banyak terjadi hal-hal yang membahayakan jiwa manusia dan kapal, terutama kejadian yang terjadi di MT. GAS KOMODO. Pada pelaksanaan cargo operation kapal saya sering terjadi beberapa kendala-kendala yang terjadi pada saat cargo operation tersebut, seringkali terjadi kendala-kendala yang menyebabkan proses bongkar ataupun memuat menjadi terganggu, terutama pada saat persiapan pemindahan muatan dari darat ke kapal yaitu kurang mengertinya penggunaan alat-alat dalam pengoprasiannya, contohnya pada saat memasang dan membuka fleksible hose (selang yang diggunaka pada saat membongkar), terutama untuk ABK (bosun, juru mudi,dan OS). Kendala-kendala tersebut sering terjadi di atas kapal MT. GAS KOMODO yang disebabkan oleh prosedur pemuatan yang tidak dikerjakan dengan benar dan kurangnya pemahaman awak kapal mengenai prosedur dan karakteristik muatan LPG tersebut.

C.    BATASAN MASALAH

Sebagaimana yang telah dikemukakan di dalam latar belakang, maka ruang lingkup masalah yang penulis angkat dalam pembahasan skripsi ini adalah hal-hal yang erat kaitannya dengan penanganan muatan secara efektif yang perlu di lakukan sesuai dengan peraturan-peraturan standar keselamatan dan upaya mengatasi kendala pengoprasian muatan LPG dari darat ke atas kapal. Serta kurangnya pemahaman awak kapal yang menyebabkan sering terjadinya kesalahan dalam penanganan pemuatan LPG keatas kapal. Tempat terjadinya permasalahan tersebut yaitu di atas kapal tanker Gas Carrier, MT GAS KOMODO pada saat proses pemuatan dan pembongkaran LPG dari darat ke atas kapal.
Pada pelaksanaannya ada beberapa masalah yang sering terjadi pada saat pengoperasian bongkar muat LPG di atas kapal MT GAS KOMODO, seperti:
1.        Terjadinya kebocoran pada koneksi pipa-pipa saluran pemuatan.
2.        Kurangnya pemahaman mengenai prosedur disconnected hose dalam keadaan darurat (emergencies realease).
3.        Kinerja awak kapal yang tidak sesuai dengan prosedur, karena kurang memahami tentang prosedur pemuatan serta karakteristik dari muatan LPG.
4.        Tidak berfungsinya sistem Emergency Shut Down Valve (ESDV)  trip test.
5.        Buruh pelabuhan yang kurang mengerti bagaimana disconnected hose yang benar.

D.    RUMUSAN MASALAH

Pada rumusan masalah, penulis menjabarkan permasalahan yang sesuai dengan  judul skripsi yang penulis ajukan yaitu upaya peningkatan pemahaman awak kapal LPG tentang penanganan muatan LPG guna kelancaran proses bongkar muat di kapal MT GAS KOMODO, oleh karena itu penulis memberikan rumusan permasalahan yang ada dan akan dibahas sebagai berikut :
1.      Apa penyebab awak kapal kurang paham mengenai karakteristik dari muatan LPG tersebut ?
2.      Mengapa awak kapal dan buruh darat tidak menjalankan paroses bongkar muat sesuai dengan prosedur ?
Dalam hal ini penulis akan membahas penanganan muatan secara efektif, dimana kendala-kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan prosedur pengoprasian muatan LPG keatas kapal dapat ditangani dengan baik dan benar.

E.         TUJUAN DAN MANFAAT PENYUSUNAN SKRIPSI

Dalam penulisan skripsi ini, penelitian yang dilakukan oleh penulis mempunyai tujuan dan kegunaan yaitu :
1.    Tujuan
Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk memecahkan atau mencari penyebab terjadinya masalah dalam proses pemuatan LPG terutama pada saat persiapan pemuatan di atas kapal LPG dan memberikan masukan-masukan kepada lembaga-lembaga yang menyediakan pelatihan mengenai penanganan muatan gas terutama LPG dan perusahaan-perusahaan pelayaran yang mempunyai armada LPG. Selain itu untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada pembaca khususnya bagi pelaut yang berkerja di atas kapal LPG mengenai karakteristik muatan LPG itu sendiri dan kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di atas kapal LPG.
Penulis juga mengharapkan agar kendala-kendala yang terjadi pada saat persiapan dan pelaksanaan pengoprasian muatan LPG dari darat ke atas kapal dapat ditangani dengan baik dan benar, serta untuk meminimalisir segala kemungkinanan terjadinya kendala-kendala dalam proses pemuatan LPG.
2.    Kegunaan
Kegunaan dari penelitian yang Penulis lakukan ini adalah untuk :
a)    Penulisan skripsi ini dapat di jadikan sebagai masukan kepada pelaut khususnya bagi pelaut yang berkerja di atas kapal LPG agar dapat melaksanakan proses pemuatan secara efisien dan optimal sehingga tidak terjadi masalah yang biasanya terjadi sebagaimana yang penulis perhatikan selama penelitian, dan menjadi pertimbangan bagi sarana-sarana pelatihan mengenai penanganan muatan LPG di Indonesia dalam menyiapkan calon awak kapal yang akan bergabung dengan kapal LPG.
b)   Memberikan acuan agar dapat memahami lebih mengenai bagaimana pelaksanaan pengoprasian muatan LPG secara efektif dan efisien, sehingga dapat meminimalisir bahaya atau resiko yang mungkin timbul.

F.     SISTEMATIKA PENULISAN

Pembuatan skripsi ini terdiri dari lima bab, di mana hubungan antara satu bab dengan bab yang lainnya saling berkaitan dan merupakan satu-kesatuan dalam pemecahan masalah yang diangkat. Berikut ini penulis mencoba menjelaskan sistematika penulisan skripsi yang penulis buat.
BAB I      PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Didalam latar belakang penulis menyajikan beberapa kondisi yang ditemukan dalam proses pelaksanaan bongkar muat, sehingga menjadi kendala dalam pemuatan adapun kendala tersebut dapat ditimbulkan oleh prosedur yang tidak di jalankan secara benar dan oleh pihak kapal orang yang terlibat langsung dengan sarana yang ada hubungannya dengan pelaksanaan pemuatan.

B.      IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam identifikasi masalah penelitian, titik tolaknya adalah pokok permasalahan. Penelitian ini mengidentifikasi beberapa masalah yang timbul di kapal MT GAS KOMODO.

C.   BATASAN MASALAH
Membatasi masalah yang akan dibahas sesuai dengan poin-poin yang tertera pada ruang lingkup penulis.



D.  TUJUAN DAN KEGUNAAN
1.    Tujuan Penelitian
Pada tujuan penelitian penulis mengemukakan perumusan tentang garis-garis besar yang akan dicapai oleh penulis dalam pemecahan masalah dalam skripsi ini.
2.   Kegunaan Penelitian
Dalam kegunaan penelitian, penulis menggunakan penelitian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan diterapkan pada bidang profesi.
E.   PERUMUSAN MASALAH
Didalam perumusan masalah dipaparkan apa saja yang menjadi penyebab timbulnya masalah.
F.    SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan menyajikan hal-hal yang dimuat dari pendahuluan sampai dengan daftar pustaka.
BAB II    LANDASAN TEORI
A.     TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka memuat uraian mengenai ilmu yang terdapat dalam buku-buku yang digunakan sebagai acuan dalam skripsi ini.
B.  KERANGKA PEMIKIRAN
Pada kerangka pemikiran menjelaskan tentang beberapa dalil hukum dan teori yang relevant tentang masalah yang di teliti oleh penulis.

BAB III   METODE PENELITIAN
A.     WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu dan tempat penelitian menyajikan berapa lama penelitian yang dilakukan di tempat penelitian.

B.     TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data mengemukakan bagaimana cara penulis mendapatkan fakta mengenai masalah yang di bahas.
C.    POPULASI DAN SAMPEL
Populasi mengemukakan sekelompok orang atau badan yang menjadi sumber pengambilan sampel penelitian, sekumpulan yang memenuhi syarat tertentu dan yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti.
D.    TEKNIK ANALISIS
Adapun dalam teknik analisis yang digunakan didalam penulisan skripsi ini yaitu metode deskriktif, yang artinya metode yang menggambarkan, mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan serta menjabarkan data atau kejadian yang terjadi diatas kapal dengan sejelas-jelasnya. Sehingga pembaca dapat memahaminya.

BAB IV   HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.     DESKRIPSI DATA
Memaparkan data-data yang diambil dari lapangan yang berupa fakta-fakta analisis.
B.     ANALISIS DATA
Menganalisis data yang ada dengan alat ukur yang digunakan sampai ditemukan penyebab timbulnya masalah.
C.    ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Mengungkapkan alternatif pemecahan masalah dengan mengemukakan berbagai cara untuk pemecahan masalah.
D.    EVALUASI PEMECAHAN MASALAH
Melakukan evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah setelah masalah tersebut ditemukan.


BAB V    PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Berisikan jawaban terhadap masalah penelitian yang telah dibuat berdasarkan hasil analisis dan pembahasan.
B.     SARAN

Berisikan usul-usul konkrit bagi penyelesaian masalah yang dihadapi oleh objek peneliti atau manusia. SHAPE

Learning is often for a practical purpose of developing competence in an activity.
Belajar sering untuk sebuah tujuan praktek untuk pengembangan kompetensi dalam aktivitas.
Beside having the knowledge and thinking skills, learning involves actually doing the activities, and improvement in peformance requires costant practice.
Di samping mempunyai ilmu dan pemikiran, belajar melibatkan secara langsung untuk melakukan aktivitas, dan peningkatan dalam performan membutuhkan praktek yang konstan.
Menurut DR. Oemar Hamalik (1989) bahwa bidang media pendidikan tidak cukup haya secara teoritis saja, tetapi harus dilakukan dalam praktek. Di samping mempelajari buku-buku juga perlu melihat dan mencoba alat tersebut.
Leslie Rae (2005) mengatakan ada beberapa manfaat yang ditawarkan alat bantu pelatihan ( alat praktek ) yaitu sebagai berikut :
1.        Keragaman dan keawetan.
2.        Berdampak besar.
3.        Membantu ingatan.
4.        Alat bantu yang tepat guna kejelasan dan ketepatan.
5.        Konsistensi dan kualitas pikiran.

B.    KERANGKA PEMIKIRAN
Dari uraian sub bab mengenai tinjauan pustaka, diketahui bahwa muatan LPG merupakan muatan khusus dengan pengangkutan yang khusus juga, yaitu menggunakan kapal tangker jenis gas carrier yang telah dilengkapi dengan alat-alat keselamatan. Oleh karena itu, Penanganan muatan LPG di atas kapal sangat membutuhkan prosedur dan kemampuan atau skill yang bagus karena jenis muatan LPG termasuk muatan yang berbahaya terutama pada saat persiapan pemuatan yang terjadi di manifold. Untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai penanganan muatan LPG diperlukannya pelatihan-pelatihan khusus yang ditandai dengan adanya sertifikat LGT (Liquified Gas Tanker). Lembaga-lembaga yang mengadakan pelatihan-pelaihan khusus tersebut juga harus mengacu kepada apa yang diterapkan di dalam STCW mengenai standarisasi pelatihan yang harus didapat oleh calon-calon awak kapal yang akan bergabung dengan kapal tanker jenis gas carrier dan pelatihan-pelatihan tersebut seharusnya memfokuskan sistem pelatihannya dengan praktek.
Apabila awak kapal dan buruh pelabuhan yang terlibat dalam proses penanganan muatan telah mendapatkan pengetahuan yang cukup secara teori dan praktek dan juga berkerja sesuai dengan pengetahuan yang telah diperoleh dari lembaga-lembaga yang sudah dijelaskan di dalam tinjauan pustaka dan mengerti mengenai karakteristik muatan LPG itu sendiri, maka kesalahan-kesalahan pada saat pemuatan yang biasa terjadi di atas kapal dapat diminimalisasikan.
1.      Secara Tehnik Operasional
a. Tindakan pencegahan terhadap timbulnya kendala-kendala pada saat pelaksanaan pemuatan LPG dengan persiapan dan penanganan muatan secara efektif dan aman sesuai dengan prosedur.
b.Mengupayakan untuk meminimalis kendala-kendala pemuatan, bahaya-bahaya atau resiko yang mungkin timbul akibat penanganan muatan yang kurang efektif yang bisa menghambat kelancaran operasional kapal.
2.      Secara Management
Menciptakan koordinasi yang baik dan harmonis antara sesama porsonel, baik dari pihak intern kapal maupun pihak kapal dengan pihak terminal dalam hubungannya dengan penanganan muatan secara efektif.
Pihak kapal dalam hal ini harus lebih mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan sarana pengoperasian serta transparan dalam penggunaan barang yang tersedia sesuai dengan permintaan kepada perusahaan.BAB III
METODE PENELITIAN


A.      WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

1.    Waktu penelitian
Penelitian serta pengamatan yang dilakukan secara langsung yang terkait dengan masalah yang diangkat dalam penulisan skripsi ini dilakukan saat praktek berlayar sesuai dengan program belajar penulis pada tahun ketiga (semester V dan semester VI) yaitu melaksanakan praktek laut, yang kurang lebih satu tahun mulai dari tanggal 17 Agustus 2011 sampai dengan 24 Agustus 2012, dan dilanjutkan penelitian di darat setelah turun dari kapal.
2.    Tempat penelitian
Tempat penelitian mengenai permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini dilakukan di :
a.    SHIPS IDENTIFICATION
1)        Classification Number            :           963036
2)        IMO Number                                      :           8910897
3)        Ship’s Name                                        :           MT GAS KOMODO
4)        Flag                                                     :           INDONESIAN

5)        Port of Registry                                  :           JAKARTA
6)        Call Sign                                             :           PNIC
7)        Official Number                                  :           13943
b.    SHIP PARTICULARS
1)        Tonnage Gross                                    :           45032 Ton
2)        Tonnage Net                                       :           17684Ton
3)        Deadweight                                        :           75723 Ton
4)        Light Weight                                       :           2,144.34 Ton
5)        Draught (m)                                        :           11.5 m
6)        Height (m)                                           :           32.00 m
7)        Trial Speed (kt)                                   :           16.1 kt
8)        Sea Speed (kt)                                     :           14.0 kt
9)        Type of Ship and Purpose                   :           MT / LPG (Refrigerated)
10)    Position of Machinery Room              :           MARCH AFT
11)    LOA (m)                                             :           224,3 m
12)    Breath (m)                                           :           36.00 m
13)    Depth Moulded (m)                            :           21.8 m
14)    Cargo tank Capacity                           :           78542,986 m3
15)   Cargo Temperature                             :           Min: -42 deg C Max: 5deg C
16)   Capacity of Tanks (m3)                      :           FO 179 / WB 1,154
17)  Type of Cargo Pumps                         :           Elektric Motor Driven
Deepweel Pump, 8 sets
18)   Power & Flow Rate                           :           8 x 530 m3/hours AT 120 MLC
c.    SHIPBUILDER
1)        Shipbuilder                                        :      NKK CORPORATION,TSU,JPN
2)         Class                                                  :           DNV 1A1 Tanker for liquiefied                                                        gas, EO, ICE-C ID NO 16585
3)        Date of Keel Lay                               :           28 May 1990
4)        Date of Launch                                 :           17 Oktober 1990
5)        Date of Delivery                                :           26 Maret 1991
d.  CREW LIST
No
Crew No.
Name
Rank
Nationality
1
M044
Max Jermias Molina
Master
Indonesia
2
D040
Dasuki
Chief Officer
Indonesia
3
A523
Ari Setyo Nugroho
2nd Officer
Indonesia
4
M494
Mulyo Aris Wibowo
3rd Officer
Indonesia
5
T291
Tandy Gunawan
Sdc
Indonesia
6
A070
Agung Riyadi
Chief Engineer
Indonesia
7
O006
Ochik Dwi Yulianto
2nd Engineer
Indonesia
8
W295
Wisnu Febryanto
Cargo Eng
Indonesia
9
E309
Erizan
3rd Engineer
Indonesia
10
A397
Agus Rubiyanto
4th Engineer
Indonesia
11
T027
Topo Pramono
Electrician
Indonesia
12
A555
Anwar
P/Man
Indonesia
13
A295
Albert Daniel Michiel
Q/M - A
Indonesia
14
M338
Muhammad
Q/M - B
Indonesia
15
H023
Hapil
Q/M - C
Indonesia
16
W107
Wisma Teja Kusuma
Fitter
Indonesia
17
A275
Asmadi
Oiler - A
Indonesia
18
B316
Budi Santoso
Oiler - B
Indonesia
19
S366
Sumadi
Oiler - C
Indonesia
20
J101
Jendry Paath
Chief Cook
Indonesia
21
M599
Muhamad Milal
Messboy
Indonesia
22
B018
Bayu Dwi Ansar
Deck Cadet
Indonesia
23
D039
Dwi Rakhmad Dimyati
Deck Cadet
Indonesia
24
F041
Febrian Ardi Wibowo
Deck Cadet
Indonesia
25
L034
Lintang Zasa Ibrahim
Engine Cadet
Indonesia
26
A103
Aryo Purwoko Andanadi
Engine Cadet
Tabel 3.1
Untuk mendukung tercapainya suatu penelitian skripsi yang berbobot dari segi analisis, maka penulis juga melakukan studi pustaka di perpustakaan yang tersedia di kampus (STIP). Tempat penulis mengambil informasi-informasi yang berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi ini, yang di ambil dari buku-buku pengetahuan yang ada di perpustakaan tersebut.

B.       METODE PENDEKATAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1.    Metode Pendekatan
Metode Pendekatan yang penulis gunakan dalam penyusunan  skripsi ini berdasarkan pada data kualitatif, fakta dan informasi yang pernah dialami penulis dan diterima selama melakukan praktek di atas kapal ditambah dari buku dan modul yang penulis baca mengenai permasalahan yang akan penulis bahas dalam skripsi ini. Penulis menyadari bahwa data dan informasi yang lengkap, objektif dan dapat dipertanggung jawabkan sangat diperlukan agar dapat diolah dan disajikan menjadi suatu gambaran dan pandangan yang dapat membantu dalam penyusunan skripsi ini.

2.    Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini diperlukan beberapa dukungan atau data analisa dalam perumusan materi permasalahan guna mendapatkan hasil penulisan yang baik. Dalam hal ini penulis mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a.    Observasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk mengamati sesuatu hal yang dijadikan sebagai obyek penelitian. Dengan melakukan observasi penulis dapat mengambil keuntungan yaitu dengan cara pengamatan data secara langsung mengenai prilaku tipikan dari objek dapat dicatat segera, dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang, serta selain itu data menjadi lebih objektif, terpercaya dan dapat dipertanggung-jawabkan (Moh. Nasir ph.d, 1995, Metode Penelitian). Dalam hal ini pengamatan yang dilakukan adalah mengenai kondisi dan keterampilan anak buah kapal dalam melaksanakan dan menangani prosedur pemuatan secara efektif, mulai dari pemasangan lengan-lengan pipa pemuatan (loading arms) darat ke kapal sampai dengan proses pemuatan tersebut selesai. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mendapatkan data primer yaitu suatu data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung di lapangan atau di atas kapal.
b.    Wawancara
Maksud dari teknik pengumpulan data dengan metode wawancara adalah untuk memperoleh jawaban atau jalan keluar dari suatu permasalahan yang ada melalui tanya jawab yang dalam hal ini pertanyaannya mengenai LPG. Dalam hal ini pihak yang diwawancarai atau ditanya adalah beberapa perwira yang ada di atas kapal dan rating-rating yang standby di manifold pada saat proses pemuatan berlangsung. Penulis menyadari bahwa dalam melakukan wawancara cukup sulit untuk meminta jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terhadap perwira tersebut dan hasil dari wawancara tidak berjalan dengan lancar. Namun hasil dari penelitian penulis mendapatkan data-data dan informasi yang tentunya sangat berguna untuk mendukung dalam penulisan skripsi ini.
Adapun masalah yang dibahas dalam wawancara tersebut antara lain :
1)   Pemahaman tentang prosedur pemuatan LPG mulai dari pemasangan lengan-lengan pipa pemuatan (loading arms) sampai dengan lepasnya kembali lengan-lengan pipa pemuatan (loading arms) tersebut.
2)   Spesifikasi dan karakteristik dari muatan LPG.
3)   Pelatihan-pelatihan yang didapat oleh awak kapal sebelum bergabung dengan kapal-kapal LPG.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang ditempuh dengan cara melihat dokumen foto atau gambar, membaca dan menelaah dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang diangkat. Dalam studi dokumentasi ini diperoleh data-data yaitu sertifikasi semua awak kapal mengenai LPG familirisasi, data-data kebocoran yang terjadi di manifold dan cara penanggulangannya, dan silabus-silabus pelatihan badan diklat atau training center tentang familiarisasi LPG.

C.      SUBJEK PENELITIAN

Dikarenakan obyek penelitian yang dibahas di dalam penulisan skripsi ini hanya satu, maka tidak digunakan metode populasi dan sample, tetapi metode yang dipakai di dalam penelitian ini adalah studi kasus. Pengertian dari studi kasus adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengamati aspek tertentu atau secara spesifik untuk memperoleh data yang ada sesuai dengan tujuan penelitian. Metode studi kasus hanya melibatkan satu kasus, akan tetapi metode ini dapat pula melibatkan banyak kasus. Studi kasus merupakan studi deskriptif melalui individu, kelompok atau organisasi yang diwawancarai maupun observasi. Studi kasus ini juga melibatkan sumber data yang banyak jenisnya.

D.      TEKNIK ANALISIS DATA

Adapun teknik analisis yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini yaitu metode deskriptif. Yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan, mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan serta menjabarkan data atau kejadian yang terjadi di atas kapal dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca dapat memahaminya. Dimana dalam hal ini penulis menjelaskan tentang permasalahan yang berkaitan dengan persiapan dan proses pemuatan di atas kapal yang akibatnya sangat fatal bagi manusia, kapal dan lingkungan apabila terjadi kesalahan. Dengan menganalisa penyebab-penyebab terjadinya permasalahan tersebut, mulai dari prosedur bongkar muat LPG, pengetahuan awak kapal tentang prosedur memuat dan karakteristik dari muatan LPG dan juga sistem pembelajaran yang mereka dapatkan sebelum bergabung dengan kapal LPG. Maka penulis mendapatkan faktor utama yang menyebabkan sering terjadinya permasalahan tersebut dan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini menyangkut teknik pembelajaran yang diadakan di lembaga-lembaga pelatihan mengenai penanganan muatan LPG.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.     DESKRIPSI DATA
Kita menyadari dewasa ini peningkatan dan perkembangan armada LPG di dunia sangat pesat dikarenakan kebutuhan negara-negara maju dan juga negara berkembang akan LPG sebagai bahan bakar yang semakin meningkat. Mereka lebih memilih LPG karena nilai pembakarannya yang lebih baik dan tidak menimbulkan polusi udara. Perusahaan-perusahaan pelayaran yang mempunyai armada LPG diperkirakan akan menjadikan penambahan armada tiap tahunnya karena peningkatan permintaan LPG tersebut. Dengan adanya penambahan armada tersebut secara tidak langsung akan terjadi peningkatan atau penambahan kebutuhan pelaut yang lebih untuk pengoperasian kapal LPG. Pelaut-pelaut yang dibutuhkan di atas kapal LPG adalah pelaut (awak kapal) yang benar-benar berkompeten dan terampil dalam penanganan muatan karena LPG adalah muatan yang sangat berbahaya yang termasuk ke dalam klasifikasi muatan berbahaya, sehingga diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam penanganannya terutama pada saat persiapan proses pemuatan atau transfer muatan dimulai.
MT GAS KOMODO adalah salah satu jenis kapal gas carrier type Fully Refrigrated yang dilengkapi dengan 4 tabung muatan berbentuk prismatic yang kapasitas dari  tangki muatannya 78542 m3. Berikut adalah data-data dari kapal MT GAS KOMODO tempat penulis melakukan penelitian.

1.   SHIPS IDENTIFICATION
a)        Classification Number                             :           963036
b)        IMO Number                                           :           8910897
c)        Ship’s Name                                             :           MT GAS KOMODO
d)       Flag                                                          :           INDONESIAN
e)        Port of Registry                                       :           JAKARTA
f)         Call Sign                                                  :           PNIC
g)        Official Number                                       :           13943
2.    SHIP PARTICULARS
a)        Tonnage Gross                                         :           45032 Ton
b)        Tonnage Net                                            :           17684Ton
c)        Deadweight                                             :           74559 Ton
d)       Light Weight                                            :           2,144.34 Ton
e)        Draught (m)                                             :           11.5 m
f)         Height (m)                                                :           32.00 m
g)        Trial Speed (kt)                                        :           16.1 kt
h)        Sea Speed (kt)                                          :           14.0 kt
i)          Type of Ship and Purpose                        :           MT / LPG (Refrigerated)
j)          Position of Machinery Room                   :           MARCH AFT
k)        LOA (m)                                                  :           224,3 m
l)          Breath (m)                                                :           16.00 m
m)      Depth Moulded (m)                                 :           12 m
n)        Cargo tank Capacity                                :           56875 m3
o)   Cargo Temperature                                   :           Min: -42 deg C Max: 5deg C
p)   Capacity of Tanks (m3)                            :           FO 179 / WB 1,154
q)  Type of Cargo Pumps                                :           Elektric Motor Driven
Deepweel Pump, 8 sets
r)   Power & Flow Rate                                   :           1760 RPM & 1500 m3/hours
3.    SHIPBUILDER
a)        Shipbuilder                                               :      NKK CORPORATION,TSU,JPN
b)        Date of Keel Lay                                     :           28 May 1990
c)        Date of Launch                                        :           17 Oktober 1990
d)       Date of Delivery                                      :           26 Maret 1991

4. Prosedur Penanganan Muatan
Menurut buku Tangker Safety Guide Liquefied Gas mengenai informasi muatan, dijelaskan bahwa :
IMO code mengharuskan setiap kapal harus dilengkapi dengan informasi mengenai muatannya :
a.    Seluruh penjelasan  dari sifat fisik dan kimia yang diperlukan untuk upaya pengendalian kargo yang aman.
b.    Tindakan yang akan diambil jika terjadi tumpahan atau kebocoran muatan.
c.    Tindakan yang harus dilakukan terhadap kontak langsung dengan muatan yang tidak disengaja.
d.   Prosedur memadamkan api dan alat-alat pemadam kebakaran yang digunakan.
e.    Prosedur untuk transver kargo, gas freeing, ballasting, tank cleaning dan perubahan pada muatan.
f.     Peralatan khusus yang diperlukan untuk penanganan yang aman dari muatan tertentu.
g.    Suhu minimum pada tangki muatan.
h.    Prosedur darurat.
i.      Kompatibilitas.
j.      Rincian dari batas maksimum yang diizinkan untuk mengisi setiap muatan yang mungkin dilakukan pada setiap temperatur yang berbeda, referensi dar suhu maksimum dan tekanan yang diatur untuk setiap katup buang.

Nahkoda harus meminta nama teknis yang benar atas muatan yang akan dimuat sesegera mungkin sebelum proses tranfer muatan dimulai. Nahkoda harus mencantumkan karakteristik muatan dan certificate of fitness. Data muatan dalam bentuk lembaran harus di pampang pada papan. Nahkoda dan semua orang harus membaca lembar data dan informasi terkait lainnya untuk mengetahui tentang karakteristik setiap jenis muatan yang akan dimuat. Jika muatan yang akan dimuat adalah campuran (misalnya LPG), informasi pada komposisi campuran harus diketahui, termasuk suhu dan tekanan dalam tangki darat dapat digunakan untuk memverifikasi informasi ini.
LPG merupakan senyawa yang terbentuk dari unsur propane dan butane. Penggunaan LPG di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, LPG juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
LPG bukan merupakan gas yang beracun akan tetapi salah satu risiko dari penggunaan LPG adalah terjadinya kebocoran pada instalasi gas sehingga bila terkena percikan api dapat menyebabkan kebakaran. Pada awalnya, gas LPG tidak berbau, tapi bila demikian akan sulit mendeteksi apabila terjadi kebocoran pada instalasi gas. Menyadari hal itu, Pertamina selaku penyedia dan distributor LPG menambahkan gas mercaptan yang baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran pada instalasi gas.
Berikut adalah informasi dari sifat-sifat muatan LPG yang perlu untuk di ketahui mengenai prosedur darurat, serta efek jika terkena kontak fisik secara langsung dan muatan LPG.
Tindakan emergency yang perlu dilakukan apabila :
a.    Jika Timbul Api.
Hentikan suplay gas, jangan memadamkan api selama suplay dari gas belum dihentikan. Untuk menghindari kemungkinan bahaya ledakan yang mungkin bisa terjadi. Padamkan api yang timbul dengan menggunakan pemadam jenis dry-powder, halon atau CO2. Dinginkan tangki dan area sekitarnya dengan menggunakan air dalam bentuk spray.
Efeknya : terjadi kebakaran yang dapat menyebabkan ledakan.
b.    Jika Mata Terkena Cairan LPG.
Sesegera mungkin untuk membersihkan mata dengan air bersih, bersihkan mata dengan posisi mata terbuka. Jangan melakukan kontak fisik dengan mata seperti mengusap dengan tangan dan lakukan pembersihan setidaknya 15 menit serta meminta saran dan bantuan medis secepatnya.
Efeknya : Rusaknya jaringan pada mata yang disebabkan pembekuan.
c.    Cairan di Kulit.
Sesegera mungkin untuk membuka pakaian yang terkontaminasi LPG, dan membasuh dengan air bagian tubuh yang terkena LPG. Lakukan pertolongan pada korban atau pasien dengan membenamkan atau membasuh bagian yang terkena LPG dengan air hangat sampai bagian tubuh yang terkena LPG kembali lunak seperti semula. Meminta bantuan dan saran medis secapatnya.
Efeknya : Rusaknya jaringan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh pembekuan.
d.   Apabila Vapour Terhirup.
Pindahkan korban ke tempat terbuka agar korban mendapatkan udara segar. Apabila nafas dari korban terhenti atau lemah atau tidak teratur, lakukan pernapasan buatan atau beri oksigen seperlunya. Meminta bantuan dan saran medis secapatnya.
Efeknya : sesak nafas, pusing, pening dan mengantuk.
e.    Bila Terjadi Kebocoran.
Hentikan kebocoran, dengan berhati-hati agar tidak terkontaminasi cairan LPG. Siram dengan air untuk mencegah kerusakan pada benda dan untuk mengurai unsur LPG agar tidak terjadi pencemaran. Informasikan pejabat pelabuhan yang berwenang atau petugas penjaga pantai tentang kebocoran.
Antisipasi yang dilakukan untuk mencegah kemungkinan buruk diatas pada saat menangani muatan LPG adalah menggunakan pelindung pada semua bagian tubuh seperti sarung tangan, sepatu, kacamata pelindung serta perlindungan wajah atau muka.
Proses penanganan muatan LPG mulai dari pemasangan loading arm dan vapor arm sampai dilepasnya lagi loading arm dan vapor arm tersebut harus terlaksana dengan baik, artinya seluruh awak kapal harus memahami prosedur-prosedur pemuatan LPG dan memahami tugas masing-masing.



B.     ANALISIS DATA
Berikut penulis akan memaparkan beberapa contoh kejadian kendala-kendala yang terjadi pada saat kegiatan pemuatan karena penanganan muatan yang kurang efektif pada saat melaksanakan prosedur pemuatan LPG keatas kapal, serta kurangnya pemahaman awak kapal mengenai prosedur dan karakteristik dari muatan LPG.
1.    Kejadian pertama, pelabuhan Pertamina Kalbut Situbondo, Bontang-Situbondo.
Sesuai dengan voyage order tujuan pelabuhan bongkar yaitu pelabuhan bongkar Pertamina Kalbut Situbondo, dengan nomor voyage 04/12. Kapal penulis membongkar muatan dengan cara ship to ship transfer. Dan membongkar jenis muatan LPG jenis butane (C4H10) dan propane (C3H8).
Dalam hal ini, pihak kapal sudah dalam keadaan siap bongkar (ready to discharging), karena sebelumnya sudah dilaksanakan persiapan dari tanki itu sendiri dan tanki sedah siap bongkar dengan  sertifikat NOR (notice of rediness). Setelah kapal sudah selesai memasang tali tambat sesuai dengan mooring arrangement, berikutnya adalah memasang seluruh perlengkapan peralatan pemasangan fleksible house(commanced hose) seperti baut, mur, reducer, gasket , kunci torak, botol sabun termasuk botol pemadam dan selang air untuk water curtain.
Dalam kejadian ini kapal penulis adalah kapal mother ship atau kapal induk. Pada waktu yang bersamaan diadakan pre-loading meeting antara Mualim Satu MT Gas Komodo,dan Mualim satu AE Gas dengan operator terminal (Loading Master). Yang membahas tentang langkah-langkah pembongkaran diikuti oleh pemeriksaan tanki muat dan penyerahan ship / shore safety checklist yang di setujui oleh pihak kapal dan pihak darat dan di tandatangani oleh operator darat dan pihak kapal. Dan dilanjutkan dengan pemasangan reduccer pada manifold untuk menyambung liquid line (pipa muatan) dengan fleksible hose dari kapal kita ke kapal pembongkaran dengan ship to ship (AE GAS).
Setelah proses pemasangan fleksible hose diatas telah diselesaikan, hal selanjutnya adalah melaksanakan pemeriksaan terhadap manifold seperti tes kebocoran (leak test) pada koneksi pipa dari kapal sebelah penerima muatan dan pipa sampai dengan ke flesible house ,pipa tersebut di tekanan normal 4.0 bar dan maksimal 5.0 bar,dengan tekanan yang sudah di tentukan maka dapat terlihat jika ada kebocoran, dengan menyiramkan cairan sabun pada sambungan koneksi pipa darat dan pipa kapal, apabila di temukan kebocoran maka koneksi tersebut akan mengeluarkan gelembung sabun yang harus segera di kencangkan. Setelah selesai diadakan pengecekan pada koneksi pipa, berikutnya dilanjutkan dengan persiapan pemuatan dengan melaksanakan line-up pada pipa-pipa kapal, cargo pump,booster pump, cargo heater. Setelah semuanya sudah siap, di mulailah pembongkaran yang pertama, di mulai dari butane terlabih dahulu dan setelah butane selesai di lanjutkan kembali dengan pembongkaran yang ke 2 adalah propane. Setelah proses pembongkaran semua telah selesai, maka kita lakukan proses pelepasan pada selang atau cargo hose pembongkaran. Sebelum proses pelepasan dari selang tersebut ada proses pelepasan selang tersebut. Dari mulai menurunkan pressure di selang, sisa muatan di selang dengan cara hot gas blow, menutup valve manual maupun hydraulic dari manifold. Setelah semua proses itu telah selesai maka di lakukan pelepasan pada selang. Karena sudah sering di lakukan dan sudah terbiasa pada pemasangan dan pelepasan selang. Dalam kejadian ini, buruh darat yang bekerja melepas dan memasang selang, pada waktu buruh darat tersebut itu belum ada perintah dari mualim yang berdinas jaga di deck untuk melepaskan selang tersebut, ternyata mereka telah membuka baut pada selang yang terhubung ke kapal sebelah atau kapal AE GAS. Ternyata tanpa di sadari oleh buruh darat tersebut, dan selang tersebut masih memiliki tekanan yang tidak di ketahui, setelah manifold tersebut sudah terlepas bautnya setengah dari manifold masih belum terjadi apa-apa, mereka pun melajutkan membuka baut yang lainnya, dan ternyata setelah mereka membuka beberapa baut lainnya ada gas dan cairan LPG yang masih berada di selang tersebut yang keluar melalui manifold  yang terbuka tadi, keluarlah gas dan cairan LPG tersebut dan hingga mengenai pihak buruh tersebut dan mengakibatkan luka yang cukup parah pada buruh darat tersebut. Hampir dari badan buruh tersebut tersiram dari cairan LPG yang memiliki tekanan. Setelah di lakukan penanganan dengan melakukan penyiraman pada buruh tersebut manggunakan shower yang berada di deck dan memerintahkan kepada buruh yang terkena cairan LPG tersebut untuk melapas pakaian yang mereka gunakan, dan dibilas sampai bersih agar cairan muatan yang terkena tubuh buruh tersebut segera hilang. Ternyata dalam kejadian ini menimbulkan lika yang cukup serius, luka bakar yang dikarnakan terbakar dingin frozzbite dari mulai leher hingga bagian paha. Buruh yang bekerja ini tidak di lengkapi dengan alat keselamatan personal yang lengkap, hanya menggunakan boiler suit, sarung tangan, helmet, dan sepatu. Tanpa menggunakan pakaian lengkap seperti PPE(personal protectif equipment) yang telah di rekomendasikan oleh perusahaan, untuk memasang dan membuka selang tersebut.
Dalam hal ini yang sangat di rugikan adalah buruh darat tersebut, yang mau bekerja tanpa di lengkapi dengan alat keselamatan bagi dirinya. Buruh tersebut berasal dari pihak PERTAMINA yang di pekerjakan untuk membantu pada proses mooring dan pemasangan selang. Seandainya mereka di bekali pengetahuan mengenai karakteristik dari gas atau muatan tersebut, mereka akan lebih berhati-hati dalam peruses pemasangan maupun pelepasan selang
Setelah mengkaji kejadian tersebut, ternyata sumber masalah timbul karena terjadi kesalahan dalam proses pembongkaran yaitu propane yang mempunyai suhu -420 C di muat lebih dulu daripada butane yang mempunyai suhu lebih tinggi daripada butane yaitu -50 C.
Dari kasus yang terjadi pada kejadian pertama diatas, terdapat kesalahan-kesalahan dalam prosedur pembongkaran propane dan butane(LPG), sehingga mengakibatkan terjadinya kendala-kendala yang menyebabkan proses pembongkaran tidak berjalan lancar. Dengan kejadian ini penulis akan menganalisis lebih  mengenai prosedur yang tidak dijalankan melalui kompetensi dari pemahaman awak kapal tersebut. Yang dikarnakan kurang kehati-hatian dalam melaksanakan proses pemasangan maupun pelepasan dari selang yang di gunakan proses bongkar. Tidak menggunakannya PPE(personal protective equipment) sesuan dengan prosedur yang telah ada. Kurangnya pemahaman rating (jurumudi, bosun) dan buruh darat mengenai sifat, karakteristik dan penanganan muatan LPG. Sehingga terjadilah kejadian yang mengakibatkan kerugian bagi buruh tersebut maupun pemilik muatan, yang mengakibatkan keterlambatan dalam pembongkaran. Hal tersebut menunjukan kurang pahamnya awak kapal dan buruh darat mengenai sifat, karakteristik dan penanganan muatan LPG keatas kapal.

2.    Kejadian kedua, pelabuhan Situbondo - Bontang.
Sesuai dengan voyage order tujuan tempat pelabuhan muat yaitu pelabuhan muat PT Badak Bontang. Kapal sandar kanan di dermaga (jetty no. 3) Bontang Kaltim pada tanggal 13 Maret 2012. Untuk memuat LPG jenis butane (C4H10) dan propane (C3H8).
Setelah kapal sandar di dermaga mualim dua yang bertanggung jawab langsung stand by untuk mempersiapkan peralatan untuk proses muat dengan di bantu oleh bosun, juru mudi dan deck cedet, seperti memasang bonding kabel, gang way dan ESDV serta seluruh perlengkapan peralatan pemasangan selang seperti baut, mur, reducer, kunci torak, botol sabun termasuk botol pemadam dan selang air untuk water curtain. Beberapa buruh pelabuhan juga ikut membantu dalam proses pemasangan loading arm dan vapor arm.
Perwira jaga dalam hal ini adalah Mualim dua harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa tindakan pencegahan dalam keadaan darurat telah dipahami untuk dapat di jalankan. Seperti dalam keadaan darurat, prosedur darurat shutdown harus dilaksanakan dengan menggunakan ESDV.
Setelah selesai proses pemasangan antara loading arms dan manifold kapal, Selanjutnya dengan mempersiapkan persiapan pemuatan dengan me line-up seluruh pipa-pipa muatan dan katub-katub muatan yang akan digunakan dalam proses memuat. hal berikutnya adalah pengecekkan terhadap saluran koneksi pipa muatan yang di aliri oleh tekanan normal  2.0 bar dan maksimal 5.0 bar. Dan kemudian dilanjutkan dengan menyiramkan cairan sabun, yang apabila ditemukan koneksi yang bocor maka akan mengeluarkan gelembung dan harus segera di kencangkan.
Dalam hal ini di temukan masalah yaitu adanya kebocoran pada koneksi pemuatan (reduccer), karena pada koneksi tersebut mengeluarkan gelembung sabun. Pihak kapal dan pihak darat tidak menghendaki adanya kebocoran pada liquid manifold, maka Mualim Satu memprediksikan bahwa kurang kencangnya baut-baut yang ada pada sambungan manifold kapal dan loading arms darat. Kemudian Mualim Satu memerintahkan Bosun dan Juru Mudi untuk mengencangkan baut-baut pada sambungan koneksi tersebut. Akhirnya kebocoran tersebut bisa diatasi dan tidak ada kebocoran lagi.
Ketika proses pemuatan sudah di mulai, pada proses pemuatan butane pada tangki nomor 1 dan nomor 2. Pada awal pemuatan, terjadi kebocoran lagi pada koneksi pemuatan (reduccer) yang memiliki tingkat kebocoran cukup besar. Maka dengan segera Mualim Satu meminta darat untuk segera menghentikan pemuatan dan menutup katub-katub yang ada di darat. Setelah kejadian tersebut Mualim Satu dan Loading Master memeriksa sambungan reducer, yang setelah diperiksa ditemukan bahwa gasket pada sambungan reduccer tersebut mengkerut karena suhu dingin muatan dan karena bahan yang digunakan kurang tepat sehingga terjadi pengkerutan. Kurangnya pemahaman awak kapal mengenai sifat bahan yang akan mengkerut apabila didinginkan ini yang dapat menimbulkan kendala dalam proses pemuatan.
Oleh karena itu, tindakan yang diambil oleh Mualim Satu yaitu mengganti Gasket pada koneksi reduccer tersebut dengan gasket yang terbuat dari bahan yang berbeda. maka setelah diadakan pengetesan sampai dimulainya proses pemuatan tidak terjadi kebocoran lagi sampai akhirnya kapal selesai melakukan transfer muatan.
Pada kejadian kasus kedua diatas, terdapat beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kebocoran pada saluran koneksi pipa muat yang di karnakan rusaknya gasket pada sekat penghubung antara manifold dan loading arm. Dari kasus ini saya menganalisis bahwa kurang perhatiannya awak kapal mengenai alat kelengkapan dalam proses bongkar muat. Mungkin awak kapal melihat alat yang dengan kondisi yang kurang baik di anggap sudah biasa, namun pemikiran ini menimbulkan masalah pada saat proses pemuatan yang di lakukan. Kurangnya pemahaman awak kapal mengenai panggunaan peralatan bongkar muat. Kurang disiplinnya awak kapal dalam menjalankan tugas mereka masing-masing, meskipun mereka telah mendapatkan pelatihan di darat.
Hal tersebut dapat menyebabkan peralatan tersebut tidak bekerja secara optimal, sehingga dapat menghambat proses bongkar muat. Dari kejadian tersebut banyak hal yang dapat merugikan perusahaan, karena dapat menimbulkan keterlambatan untuk tiba di pelabuhan bongkar.
C. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan analisa dari data-data yang telah dibahas bahwa ditemukannya beberapa kejanggalan yang terjadi di atas kapal MT GAS KOMODO. untuk mencoba memecahkan masalah-masalah dari kasus dan kejadian-kejadian yang telah di jelaskan sebelumnya. Maka alternatif dari pemecahan masalah di atas adalah sebagai berikut :
1.    Alternatif pemecahan masalah dari kasus kejadian satu.
Dari penjelasan atas kejadian pertama pada deskripsi dan analisa data di atas, dapat disimpulkan bahwa :
Kesalahan bersumber dari kurangnya pemahaman awak kapal mengenai karakteristik dan penanganan muatan LPG ke atas kapal, terutama pengetahuan terhadap karakteristik dari unsur-unsur pembentuk LPG yaitu Propane dan Butane.
Dari kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan, maka dapat diambil alternatif pemecahan masalah tersebut yaitu sebagai berikut :
a.       Awak kapal/buruh darat harus mengikuti pelatihan-pelatihan khusus LPG yang di tandai dengan adanya sertifikat LGT (Liquified Gas Tanker).
b.      Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan akan LPG, seluruh awak kapal yang tergabung dengan kapal LPG atau kapal tipe gas carrier, hendaknya membaca informasi mengenai penanganan muatan, prosedur darurat serta karakteristik dari muatan LPG yang dapat diperoleh melalui membaca buku-buku tentang prosedur penanganan muatan yang telah disediakan di kapal.
c.       Para perwira kapal hendaknya memberi sosialisasi serta pengetahuan tentang prosedur penanganan muatan yang efektif dan informasi yang berkaitan dengan penanganan muatan LPG melalui safety meeting yang diadakan sebelum kegiatan bongkar muat berlangsung.
d.      Diadakannya pemutaran safety video bagi seluruh awak kapal yang ada kaitannya dengan penanganan muatan dan keselamatan kerja di atas kapal tangker jenis gas carrier. Hal ini dapat di lakukan pada saat safety meeting atau hari libur, dimana tidak ada kegiatan pada waktu kapal berlayar.

2. Alternatif pemecahan masalah dari kasus kejadian kedua.
Berdasarkan analisa data yang telah dikemukakan bahwa ditemukannya beberapa kejanggalan yang terjadi di atas kapal yaitu tidak sesuainya cara pemasangan reduccer pada koneksi selang muat sesuai dengan buku petunjuk dan pelatihan-pelatihan yang diberikan di darat masih kurang sesuai dengan landasan teori yang ada yaitu kurangnya praktek penanganan muatan LPG bagi awak kapal yang akan bergabung dengan kapal LPG dan buruh pelabuhan terutama mengenai pemasangan loading arms tersebut. Dengan menganalisa terus ke lembaga-lembaga pelatihan yang mengadakan pelatihan LPG ini, didapatkan kekurangan pada lembaga tersebut yaitu belum adanya pemberian materi praktek mengenai penanganan muatan LPG khususnya materi praktek tentang pemasangan hose connection.
Dari kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan, maka dapat diambil alternatif pemecahan masalah tersebut yaitu sebagai berikut :
Menambahkan peralatan untuk praktek bongkar muat, khususnya dalam praktek pemasangan loading arm bagi pusat pelatihan LPG yang dalam hal ini BLT Training Center artinya lembaga tersebut harus menyediakan :
a.    Alat praktek Loading Arm
Loading arm yang harus disediakan tidak harus sesuai dengan jumlah yang ada di kapal sebenarnya, tapi cukup hanya satu loading arm saja karena sudah mewakili yang lainnya karena semua loading arm mempunyai karakter yang hampir sama.
b.    Reduccer dan Flange.
Reduccer yaitu alat penyambung antara loading arm darat dengan manifold kapal dan Flange. Dimana dengan memberikan pelatihan praktek tata cara pemasangan reduccer dan flange maka peralatan yang ada dapat di gunakan secara maksimal.
c.    Gasket
Gasket disediakan supaya awak kapal mengetahui bentuknya gasket, serta karakteristik dari bahan gasket tersebut, bagaimana sifatnya kalau diberi tekanan dan lain-lainnya. Gasket yang harus disediakan yaitu semua jenis gasket karena pemakaian yang berbeda pada bahan yang berbeda.
d.   Kunci torak (Torque Wrench)
Kunci torak (torque wrench) harus disediakan guna mempermudah pelatih atau trainer untuk menjelaskan urutan-urutan kekuatan yang harus diberikan dalam pemasangan baut-baut koneksi loading arm tersebut.
Pengadaan peralatan praktek tersebut juga harus di dukung oleh pengajar yang terampil dan berpengalaman. Supaya pengajaran teorinya bisa dipahami dengan baik oleh peserta diklat.
Pemecahan masalah di atas merupakan pemecahan masalah pelatihan bagi para calon awak kapal dalam persiapannya untuk bergabung dengan kapal LPG. Untuk pelatihan di atas kapalnya sendiri harus menempatkan manual prosedur pemuatan dan pemasangan loading arms yang lengkap termasuk tahap-tahap ukuran kekuatan pengencangan bautnya di manifold. Prosedurnya tersebut adalah sebagai berikut :
1)   Menyikat bagian ulir baut maupun mur jika perlu.
2)   Memoleskan mur dengan molykote.
3)   Memasukkan gasket dan baut berserta mur ke dalam flange dengan tangan.
4)   Mengencangkan mur secara diagonal, sebagai contoh flange yang mempunyai lubang 8 buah : 1-2-3-4-5-6-7-8.
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa para awak kapal MT GAS KOMODO kurang mempunyai pemahaman akan prosedur dan karakteristik dari muatan LPG sehingga hal tersebut dapat menyebabkan kendala-kendala pemuatan karena penanganan muatan yang kurang efektif pada saat melaksanakan prosedur pemuatan LPG keatas kapal.

D.  EVALUASI PEMECAHAN MASALAH
1. Dari alternatif pemecahan masalah yang dikemukakan dapat dievaluasi sebagai berikut:
a. Mengadakan sosialisasi serta pengarahan dan diskusi tentang penanganan muatan LPG yang akan sangat baik sekali dilaksanakan bersamaan dengan pemutaran safety video, sehingga nahkoda atau orang-orang yang paling berpengalaman dapat menambahkan informasi dan penjelasan untuk mendukung isi dari safety video tersebut. Karena kebanyakan film dalam Bahasa Inggris, yang tidak semua awak kapal mengerti. Pelaksanaan pengarahan ini lebih baik lagi dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan.
b. Pemasangan poster-poster di tempat-tempat yang mudah terlihat seperti gang-gang, ruang meeting, ruang makan dan ruang santai yang berkaitan dengan informasi muatan mulai dari sifat muatan, karakteristik, serta prosedur darurat yang harus dilakukan.
c. Menyediakan buku-buku di atas kapal agar dapat meningkatkan pengetahuan para awak kapal, seperti buku-buku tentang keselamatan, penanganan muatan, dan beberapa buku yang berkaitan dengan kapal tanker tipe gas carrier.
2. Selain mensosialisasikan prosedur standar penanganan muatan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh perusahaan pelayaran, hal tersebut adalah :
a.         Untuk keselamatan hendaknya perusahaan mengambil awak kapal yang sudah mempunyai pengalaman pada kapal-kapal gas untuk ditugaskan pada kapal gas. Karena apabila awak kapal yang di rekrut oleh kantor tidak mempunyai pengalaman di atas kapal gas, maka hal ini akan sangat membahayakan. Tidak saja bagi orang itu sendiri, tetapi juga bagi orang lain, muatan dan kapal. karena apabila sampai terjadi kesalahan, akan menimbulkan resiko yang cukup besar.
b.        Menyelenggarakan, mengirim atau memberikan pendidikan kepada awak kapal ke lembaga-lembaga pelatihan yang berkaitan dengan muatan gas, baik itu mengenai tata cara penanganan muatan atau mengenai keselamatan kerja di atas kapal tanker gas.
c.         Hendaknya perusahaan melakukan inspeksi kepada kapal-kapal tipe gas carrier mengenai kondisi dari tangki muatan, pompa muatan, compressor, pipa-pipa muat termasuk manifold dan reduser serta indicator pressure, temperature dan indikator ketinggian muatan.
d.  Menambahkan peralatan praktek untuk pemasangan loading arms bagi pusat pelatihan LPG, sebagai contoh dalam hal ini adalah BLT Training Center.
e.  Penambahan alat peragaan untuk praktek seperti loading arm, gasket, reducer, flange, dan peralatan lainnya yang dapat menunjang pengetahuan awak kapal serta pelaksanaan pelatihan ulang di atas kapal yang ditangani langsung oleh Chief Officer atau senior officer terdapat beberapa kelebihan dan kekurangannya.
1)   Kelebihan-kelebihan yang didapat jika menambahkan peralatan praktek untuk pemasangan loading arms adalah sebagai berikut :
a)        Awak kapal yang akan bergabung dengan kapal LPG bisa siap dan mempunyai pemahaman yang bagus mengenai karakteristik LPG dan peralatan-peralatan yang digunakan terutama yang digunakan pada saat penanganan muatan di manifiold seperti yang dibahas di dalam skripsi ini karena bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia.
b)        Perusahaan-perusahaan pelayaran yang memiliki armada LPG tidak harus mengirim calon awak kapalnya untuk dilatih di luar negri yang memiliki peralatan pelatihan yang lengkap, sehingga  perusahaan tidak harus mengeluarkan biaya yang lebih besar karena dalam setahun bisa jadi pengiriman tersebut dua kali.
c)        Dengan kelengkapan peralatan praktek yang dimiliki bisa menarik perusahaan asing mengirim calon awak kapal mereka untuk dilatih di lembaga pelatihan LPG ini.
d)       Kekurangan-kekurangan yang didapat jika adanya penambahan peralatan praktek
e)        Biaya penginstalan pertama alat tersebut yang cukup mahal.
f)         Harus didukung oleh tenaga pengajar yang terampil dan berpengalaman dalam bidang LPG.
g)        Pelatihan praktek di atas kapal yang ditangani langsung oleh Chief Officer atau Mualim I mengenai penanganan muatan LPG sebagai familiarisasi awak kapal setelah mendapatkan pembelajaran secara teori di darat. Pada saat pelatihan  tersebut berlangsung, awak kapal seharusnya belum diberikan tanggung jawab dan tugas-tugas yang dikerjakan sendiri tanpa pengawasan artinya harus ditemani oleh awak kapal yang sudah berpengalaman.
f. Kelebihan-kelebihan yang didapat jika pelatihan tersebut diberikan di atas kapal dengan ditangani langsung oleh Chief Officer atau senior officer adalah sebagai berikut :
1) Awak kapal dihadapkan langsung dengan kejadian langsung di atas kapal sehingga dapat memahami prosedur penanganan muatan tersebut dengan lebih mudah.
  2) Dengan adanya pelatihan yang harus diberikan  kepada awak kapal yang baru bergabung, awak kapal yang senior atau yang berpengalaman akan terpacu untuk meningkatkan pengetahuannya.
   3) Perusahaan pelayaran tidak harus mengeluarkan biaya yang mahal untuk penginstalan peralatan praktek di darat.
g. Kekurangan-kekurangan yang didapat apabila pengadaan praktek tersebut dilaksanakan di atas kapal adalah sebagai berikut :
1)Ada biaya lain yang akan timbul jika awak kapal yang dilatih di atas kapal tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk memahami prosedur penanganan muatan LPG tersebut.
2)   Waktu tambahan yang dibutuhkan oleh Chief Officer untuk memberikan pelatihan mengenai penanganan muatan bagi awak kapal yang baru bergabung di atas kapal LPG.

E.  PEMECAHAN MASALAH YANG DIPILIH
1.      Berdasarkan evaluasi yang dikemukakan di atas dan setelah mempertimbangkan dan melihat keuntungan serta kerugian yang telah dikemukakan pada evaluasi pemecahan masalah ini, maka didapatkan alternatif-alternatif yang bisa digunakan oleh nahkoda, mualim, maupun perusahaan itu sendiri guna tercapainya tujuan untuk memecahkan masalah, maka penulis mengambil pemecahan masalah yang efektif dan efisien adalah pelaksanaan pelatihan praktek di atas kapal sebagai familiarisasi di atas kapal setelah mendapatkan pelatihan secara teori di darat. Serta perusahaan hendaknya melakukan perekrutan terhadap awak kapal yang sudah mempunyai pengalaman pada kapal-kapal gas untuk ditugaskan pada kapal gas carrier, yang ditandai dengan adanya sertifikat LGT (Liquefied Gas Tangker). Selain itu pelatihan tersebut harus ditangani langsung oleh perwira di atas kapal, Chief Officer atau Senior officer karena mereka yang bertanggung jawab terhadap penanganan muatan LPG. Melakukan pemeriksaan terhadap check list sebelum kegiatan transver muatan dan pemasangan poster-poster mengenai data-data muatan dari prosedur darurat, sifat dan karakteristik serta manual prosedur pemasangan loading arms di manifold. Selain itu di manifold juga harus ditempatkan prosedur pemasangan loading arms yang benar dan check list prosedur penanganan muatan di manifold.


                                                               BAB V
                                                            PENUTUP

A.     KESIMPULAN

Dari uraian pada bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini :
1.    Naiknya tekanan pada tangki muatan pada awal pemuatan disebabkan oleh prosedur penanganan muatan yang kurang efektif pada saat melaksanakan proses pemuatan LPG keatas kapal. Penyebabnya adalah kesalahan dalam prosedur pemuatan LPG keatas kapal, proses pemasangan pipa di manifold dengan loading arm yang berada di darat kurang di perhatikan, sehingga menimbulkan kebocoran. Tidak sesuainya gasket/paking antara penghubung manifold dan loading arm, yang mengakibatkan kebocoran di karnakan gasket tersebut tidak sesuai dengan prosedur akan penggunaan untuk jenis muatan LPG.  
2.    Terjadinya kebocoran pada koneksi pipa-pipa saluran pemuatan pada waktu proses pemuatan di pelabuhan muat yang dikarenakan kurangnya pengetahuan dan keterampilan awak kapal serta buruh pelabuhan dalam mengoperasikan semua kegiatan pada saat proses transver muatan dikarenakan pelatihan yang mereka dapatkan di darat kurang maksimal. Diantaranya belum ada pelatihan praktek mengenai penanganan muatan LPG khususnya pemasangan loading arms yang benar pada lembaga pelatihan tesebut.

B.   SARAN

Sesuai dari uraian permasalahan yang terjadi, deskripsi data, serta adanya kesimpulan yang didapat, dan untuk kelansungan proses penanganan muatan yang benar maka penulis memberikan saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi awak kapal, perusahaan pelayaran dan bagi pusat pelatihan LPG. Adapun saran-sarannya adalah sebagai berikut :
1.      Pihak kapal harus memberikan pelatihan praktek di atas kapal mengenai penanganan muatan LPG bagi awak kapal yang baru bergabung dengan kapal LPG setelah mereka mendapatkan pelatihan teori di darat, baik itu bagi calon perwira maupun rating. Pelatihan tersebut harus ditangani langsung oleh Chief Officer atau Senior officer karena mereka yang bertanggung jawab terhadap penanganan muatan LPG. Melakukan pemeriksaan terhadap check list sebelum kegiatan transver muatan dan pemasangan poster-poster mengenai data-data muatan dari prosedur darurat, sifat dan karakteristik serta manual prosedur pemasangan loading arms di manifold. Selain itu di manifold juga harus ditempatkan prosedur pemasangan loading arms yang benar dan check list prosedur penanganan muatan di manifold.
2.    bagi perusahaan-perusahaan pelayaran yang memiliki armada LPG harus terus memberikan pelatihan di darat sebagai persiapan bagi awak kapal yang akan bergabung dengan kapal LPG. Serta melakukan perekrutan terhadap awak kapal yang sudah mempunyai pengalaman pada kapal-kapal gas untuk ditugaskan pada kapal gas carrier, yang ditandai dengan adanya sertifikat LGT (Liquefied Gas Tangker).
3.    Bagi perwira kapal terutama nahkoda dan mualim satu hendaknya mengadakan sosialisasi serta pengarahan dan diskusi tentang penanganan muatan LPG yang akan sangat baik sekali dilaksanakan bersamaan dengan pemutaran film, sehingga nahkoda dan mualim satu atau orang-orang yang paling berpengalaman dapat menambahkan informasi dan penjelasan untuk mendukung isi dari film tersebut. Karena kebanyakan film dalam bahasa inggris, yang tidak semua awak kapal mengerti. Pelaksanaan pengarahan ini lebih baik lagi dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan pada saat hari libur atau pada saat safety meeting.



DAFTAR PUSTAKA

Badan Diklat Perhubungan, GAS TANKER FAMILIARIZATION, Jakarta, 2000, http://www.enautica.pt/publico/professores/baptista/NT_II/Gas_Familiarisation.pdf
International Convention on Standard of Training Certification and Watchkeeping (STCW) for Seafarers 1995 As Ammended I In 1997 and Ammended II.
McGuire and White, Liquefied Gas Handling Principles On Ships and In Terminal Third Edition, 2000.
Marine Guidance Note (MGN)95 / STCW 95 : Regulation V/1 para 2.2 and STCW Code Section A - V/1 para 22-34.
Liquefied Gas Carriers, Germanicisher LLOYD 2008 Chapter 6 Section 18.3 Personel Training ,and 18.6 Protective equipment, http://www.gl-group.com/infoServices/rules/pdfs/gl_i-1-6_e.pdf
Seal Mart, gasket type & material overview Rubber Gasket For Propane And Butane, http://www.seal-mart.com/linkdc/link/s-mart%20gasket%20types%20&%20material%20overview.pdf



UNTUK PEMBELIAN COPY-AN LENGKAP WORD, PDF, MAUPUN PRESENTASI KARYA ILMIAH DI ATAS BISA MENGHUBUNGI 085859402998DENGAN HARGA DOKUMEN RP. 200.000TERIMAKASIH

Komentar

Postingan populer dari blog ini