UPAYA PENINGKATAN
PEMAHAMAN AWAK KAPAL LPG TENTANG PENANGANAN MUATAN LPG GUNA KELANCARAN PROSES
BONGKAR MUAT DI KAPAL MT GAS KOMODO
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
LPG (liquefied Petroleum Gas), yang berarti: "gas
minyak bumi yang dicairkan", adalah campuran dari berbagai unsur
hidrokarbon yang berasal dari gas alam. LPG adalah produk dari proses pencairan campuran-campuran hidrokarbon alamiah
yang diperoleh dalam cakupan minyak bumi.
Komposisinya berbeda-beda antara satu lapangan dengan lapangan lainnya, yaitu 65% dapat terdiri dari metan,
0% sampai dengan 16% etan, sisanya yang lain boleh jadi propena, butana, pentana, nitrogen dan karbon dioksida. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya hingga mencapai -420 C, gas dapat berubah menjadi cair. Komponen utama dari
LPG didominasi oleh unsur propana
(C3H8) dan
unsur butana (C4H10).
LPG juga mengandung
hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana
(C5H12).
Sebagian
besar gas cair adalah hidrokarbon yang menjadi sumber energi utama di bumi.
Akan tetapi, hidrokarbon juga dapat menimbulkan resiko bahaya yang cukup besar,
karena sifatnya yang mudah terbakar. Oleh karena itu, setiap langkah praktis
yang di ambil untuk meminimalisir kebocoran harus dilakukan sesuai prosedur
yang benar dan untuk mencegah setiap sumber nyala api. LPG merupakan produk
yang dapat diperoleh dari pemurnian minyak bumi. Untuk pelaksanaan kegiatan
distribusi eksport LPG ke negara-negara pengimpor maka moda transportasi yang
lebih aman dan efisien adalah sarana transportasi laut, karena dapat mengangkut
muatan LPG dalam kapasitas yang cukup besar.
Sarana transportasi laut yang memenuhi kriteria untuk hal ini adalah tipe
kapal tanker jenis Gas Carriers yang
di desain khusus untuk mengangkut muatan gas dalam bentuk cair. Kapal tanker pengangkut LPG adalah kapal yang khusus dibangun untuk mengangkut LPG dalam jumlah yang besar, kapasitasnya antara 3.000 m3 sampai 60.000 m3
dan biasanya diperuntukkan bagi proyek-proyek tertentu di mana kapal-kapal
tersebut beroperasi yang kontraknya biasanya berkisar antara 10 sampai 15 tahun. Kapal pengangkut LPG ini menurut penulis adalah
merupakan sarana transportasi yang paling efisien, karena yang diangkut adalah
gas alam yang telah dicairkan, di mana rasio perbandingan antara volume gas LPG bila menguap dengan gas LPG dalam keadaan cair
bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi biasanya untuk
LPG sekitar 250:1. Sehingga dapat dibayangkan bahwa sebuah kapal pengangkut LPG yang mengangkut gas alam yang telah dicairkan akan sebanding dengan 250 kapal pengangkut gas yang muatannya masih dalam bentuk gas.
Dalam kondisi atmosfer, LPG akan berbentuk gas. Volume LPG dalam bentuk cair lebih kecil
dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu LPG dipasarkan dalam bentuk cair ke dalam tangki atau tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan
terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang
dikandungnya, tabung LPG
tidak diisi secara penuh, namun hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya.
LPG adalah muatan yang sangat berbahaya yang
termasuk dalam klasifikasi muatan berbahaya kelas dua, karena sifatnya yang mudah terbakar. Sehingga diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam penanganannya baik
bagi awak kapal maupun buruh pelabuhan. Sekarang perusahaan-perusahaan
pelayaran yang mempunyai armada LPG telah memfasilitasi
dan memberikan awak kapalnya dengan
training atau familiarisasi tentang LPG, yang biasanya berlangsung selama satu minggu. Seperti contoh perusahaan Indonesia
BLT yang telah mempunyai 27 armada kapal tanker jenis gas carrier. MT GAS KOMODO adalah salah satu kapal tanker
VLGC pengangkut LPG yang dioperasikan oleh PT Berlian Laju
Tanker Tbk. yang dibangun pada tahun 1991 dan sering singgah atau melaksanakan operasi pemuatan di PT Badak Bontang Kalimantan Timur, Tanjung Uban,dan Tanjung
Jabung. Dan tujuan daerah pembongkaran di Kalbut Situbondo, Teluk Semangka,dan
Balongan. Kapal saya saat ini di charter oleh Pertamina untuk di jadikan mother
ship, untuk di operasikan di wilayah-wilayah pembongkaran yang telah saya
sebutkan di atas. Kapal tempat saya praktek di gunakan sebagai Mother Ship dan
di gunakan sebagai kapal induk untuk STS (ship
to ship) dengan kapal lain. Pada pelaksanaan cargo
operation kapal saya sering terjadi beberapa kendala-kendala yang
terjadi pada saat cargo operation tersebut, seringkali terjadi kendala-kendala yang
menyebabkan proses bongkar ataupun memuat
menjadi terganggu, terutama pada saat persiapan pemindahan muatan dari darat ke kapal yaitu kurang mengertinya penggunaan alat-alat dalam
pengoprasiannya, contohnya pada saat membuka fleksible hose (selang yang diggunaka pada saat membongkar),
terutama untuk ABK (bosun, juru mudi,dan OS). Kendala-kendala tersebut sering terjadi di atas kapal MT GAS KOMODO yang
disebabkan oleh prosedur pemuatan yang tidak dikerjakan dengan benar dan kurangnya pemahaman awak kapal
mengenai prosedur dan karakteristik muatan LPG tersebut.
Menurut pakar-pakar psikologi bahwa seseorang atau manusia akan lebih memahami suatu
pembelajaran apabila pembelajaran tersebut diberikan dalam bentuk praktek
dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mencoba atau mempraktekan
peralatan tersebut. Sama halnya seperti yang dikatakan oleh orang bijak, bahwa
kita akan belajar lebih banyak mengenai sebuah jalan dengan cara menempuhnya,
daripada dengan mempelajari semua peta yang ada di dunia.
Berdasarkan penjelasan di
atas, maka timbulah hal yang menarik yang melatarbelakangi penulis untuk
memilih judul yaitu :
“UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN AWAK
KAPAL LPG TENTANG PENANGANAN MUATAN LPG GUNA KELANCARAN PROSES BONGKAR MUAT DI
KAPAL MT GAS KOMODO“.
B. IDENTIFIKASI
MASALAH
Selama saya berada di atas kapal banyak terjadi hal-hal
yang membahayakan jiwa manusia dan kapal, terutama kejadian yang terjadi di MT.
GAS KOMODO. Pada
pelaksanaan cargo operation kapal
saya sering terjadi beberapa kendala-kendala yang terjadi pada saat cargo
operation
tersebut, seringkali terjadi kendala-kendala yang menyebabkan proses bongkar ataupun memuat menjadi terganggu, terutama pada saat persiapan
pemindahan muatan dari darat ke kapal yaitu
kurang mengertinya penggunaan alat-alat dalam pengoprasiannya, contohnya pada
saat memasang dan membuka fleksible hose
(selang yang diggunaka pada saat membongkar), terutama untuk ABK (bosun, juru
mudi,dan OS).
Kendala-kendala tersebut sering terjadi di atas kapal MT. GAS KOMODO yang disebabkan oleh prosedur
pemuatan yang tidak dikerjakan dengan benar dan kurangnya pemahaman awak kapal
mengenai prosedur dan karakteristik muatan LPG tersebut.
C. BATASAN
MASALAH
Sebagaimana yang telah
dikemukakan di dalam latar belakang, maka ruang lingkup masalah yang penulis angkat dalam pembahasan
skripsi ini adalah hal-hal yang erat kaitannya dengan penanganan muatan
secara efektif yang perlu di lakukan sesuai dengan peraturan-peraturan standar
keselamatan dan upaya mengatasi kendala pengoprasian muatan LPG dari darat ke
atas kapal. Serta kurangnya pemahaman awak kapal yang menyebabkan
sering terjadinya kesalahan dalam penanganan pemuatan LPG keatas kapal. Tempat terjadinya permasalahan tersebut
yaitu di atas kapal tanker
Gas Carrier, MT GAS KOMODO pada saat proses pemuatan dan
pembongkaran LPG dari darat ke atas kapal.
Pada pelaksanaannya ada beberapa masalah yang sering terjadi pada saat
pengoperasian bongkar muat LPG di
atas kapal MT GAS KOMODO, seperti:
1.
Terjadinya
kebocoran pada koneksi pipa-pipa saluran pemuatan.
2.
Kurangnya pemahaman mengenai prosedur disconnected hose dalam keadaan darurat
(emergencies realease).
3.
Kinerja awak
kapal yang tidak sesuai dengan prosedur, karena kurang memahami tentang prosedur pemuatan serta karakteristik dari muatan LPG.
4.
Tidak
berfungsinya sistem Emergency Shut Down Valve (ESDV) trip test.
5.
Buruh
pelabuhan yang kurang mengerti bagaimana disconnected hose yang benar.
D.
RUMUSAN MASALAH
Pada rumusan masalah, penulis menjabarkan permasalahan yang sesuai
dengan judul skripsi yang penulis ajukan
yaitu upaya peningkatan pemahaman awak
kapal LPG tentang penanganan
muatan LPG
guna kelancaran proses bongkar muat di kapal MT GAS KOMODO, oleh karena itu penulis memberikan
rumusan permasalahan yang ada dan akan dibahas sebagai berikut :
1.
Apa penyebab awak kapal kurang paham mengenai
karakteristik dari muatan LPG tersebut ?
2.
Mengapa awak kapal dan buruh darat tidak menjalankan
paroses bongkar muat sesuai dengan prosedur ?
Dalam hal ini penulis akan membahas penanganan muatan secara efektif,
dimana kendala-kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan prosedur pengoprasian
muatan LPG keatas kapal dapat ditangani dengan baik dan benar.
E.
TUJUAN DAN MANFAAT PENYUSUNAN SKRIPSI
Dalam penulisan skripsi ini, penelitian yang dilakukan oleh penulis mempunyai tujuan dan
kegunaan yaitu :
1. Tujuan
Penelitian ini dilaksanakan
bertujuan untuk memecahkan atau mencari penyebab terjadinya masalah dalam
proses pemuatan LPG terutama pada saat persiapan pemuatan
di atas kapal LPG dan memberikan masukan-masukan
kepada lembaga-lembaga yang menyediakan pelatihan mengenai penanganan muatan gas terutama LPG dan perusahaan-perusahaan pelayaran
yang mempunyai armada LPG. Selain itu untuk memberikan
wawasan dan pengetahuan kepada pembaca khususnya
bagi pelaut yang
berkerja di atas kapal LPG mengenai karakteristik muatan LPG itu sendiri dan kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di atas kapal LPG.
Penulis juga mengharapkan agar kendala-kendala yang terjadi
pada saat persiapan dan pelaksanaan pengoprasian muatan LPG dari darat ke atas
kapal dapat ditangani dengan baik dan benar, serta untuk meminimalisir segala
kemungkinanan terjadinya kendala-kendala dalam proses pemuatan LPG.
2. Kegunaan
Kegunaan dari penelitian yang Penulis lakukan ini adalah untuk :
a) Penulisan skripsi ini dapat di jadikan sebagai masukan kepada pelaut
khususnya bagi pelaut yang berkerja di atas kapal LPG agar dapat melaksanakan proses pemuatan secara
efisien dan optimal sehingga tidak terjadi masalah yang biasanya terjadi sebagaimana yang penulis perhatikan selama penelitian,
dan menjadi pertimbangan bagi sarana-sarana pelatihan mengenai penanganan
muatan LPG di Indonesia dalam menyiapkan calon
awak kapal yang akan bergabung dengan kapal LPG.
b)
Memberikan acuan agar
dapat memahami lebih mengenai bagaimana pelaksanaan pengoprasian muatan LPG
secara efektif dan efisien, sehingga dapat meminimalisir bahaya atau resiko
yang mungkin timbul.
F. SISTEMATIKA
PENULISAN
Pembuatan skripsi ini terdiri
dari lima bab, di mana hubungan antara satu bab dengan bab yang lainnya saling berkaitan dan merupakan
satu-kesatuan dalam pemecahan
masalah yang diangkat. Berikut ini penulis mencoba menjelaskan sistematika
penulisan skripsi yang penulis buat.
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Didalam latar belakang penulis menyajikan beberapa kondisi yang ditemukan
dalam proses pelaksanaan bongkar muat, sehingga menjadi kendala dalam pemuatan
adapun kendala tersebut dapat ditimbulkan oleh prosedur yang tidak di jalankan
secara benar dan oleh pihak kapal orang yang terlibat langsung dengan sarana
yang ada hubungannya dengan pelaksanaan pemuatan.
B.
IDENTIFIKASI
MASALAH
Dalam identifikasi masalah penelitian, titik tolaknya adalah pokok
permasalahan. Penelitian ini mengidentifikasi beberapa masalah yang timbul di
kapal MT GAS KOMODO.
C. BATASAN MASALAH
Membatasi masalah yang akan dibahas sesuai dengan poin-poin yang tertera
pada ruang lingkup penulis.
D. TUJUAN DAN KEGUNAAN
1.
Tujuan Penelitian
Pada tujuan penelitian penulis mengemukakan perumusan tentang garis-garis
besar yang akan dicapai oleh penulis dalam pemecahan masalah dalam skripsi ini.
2.
Kegunaan Penelitian
Dalam kegunaan penelitian, penulis menggunakan penelitian untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan diterapkan pada bidang profesi.
E. PERUMUSAN MASALAH
Didalam perumusan masalah dipaparkan apa saja yang menjadi penyebab
timbulnya masalah.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan menyajikan hal-hal yang dimuat dari pendahuluan
sampai dengan daftar pustaka.
BAB II LANDASAN
TEORI
A.
TINJAUAN
PUSTAKA
Tinjauan pustaka memuat uraian mengenai ilmu yang terdapat dalam buku-buku
yang digunakan sebagai acuan dalam skripsi ini.
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Pada kerangka pemikiran menjelaskan tentang beberapa dalil hukum dan
teori yang relevant tentang masalah yang di teliti oleh penulis.
BAB III METODE
PENELITIAN
A.
WAKTU
DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu dan tempat penelitian menyajikan berapa lama penelitian yang
dilakukan di tempat penelitian.
B.
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data mengemukakan bagaimana cara penulis mendapatkan
fakta mengenai masalah yang di bahas.
C.
POPULASI
DAN SAMPEL
Populasi mengemukakan sekelompok orang atau badan yang menjadi sumber
pengambilan sampel penelitian, sekumpulan yang memenuhi syarat tertentu dan
yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti.
D.
TEKNIK
ANALISIS
Adapun dalam teknik analisis yang digunakan didalam penulisan skripsi ini
yaitu metode deskriktif, yang artinya metode yang menggambarkan, mengumpulkan,
menganalisis dan menyajikan serta menjabarkan data atau kejadian yang terjadi
diatas kapal dengan sejelas-jelasnya. Sehingga pembaca dapat memahaminya.
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
DESKRIPSI
DATA
Memaparkan data-data yang diambil dari lapangan yang
berupa fakta-fakta analisis.
B.
ANALISIS
DATA
Menganalisis data yang ada dengan alat ukur yang digunakan sampai
ditemukan penyebab timbulnya masalah.
C.
ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
Mengungkapkan alternatif pemecahan masalah dengan mengemukakan berbagai
cara untuk pemecahan masalah.
D.
EVALUASI
PEMECAHAN MASALAH
Melakukan evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah setelah masalah
tersebut ditemukan.
BAB V PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berisikan jawaban terhadap masalah penelitian yang telah dibuat
berdasarkan hasil analisis dan pembahasan.
B.
SARAN
Berisikan usul-usul konkrit bagi penyelesaian masalah yang dihadapi oleh
objek peneliti atau manusia.
Learning is often
for a practical purpose of developing competence in an activity.
Belajar sering untuk sebuah tujuan praktek untuk
pengembangan kompetensi dalam aktivitas.
Beside having the
knowledge and thinking skills, learning involves actually doing the activities,
and improvement in peformance requires costant practice.
Di samping mempunyai ilmu dan pemikiran, belajar
melibatkan secara langsung untuk melakukan aktivitas, dan peningkatan dalam
performan membutuhkan praktek yang konstan.
Menurut DR. Oemar Hamalik (1989) bahwa bidang
media pendidikan tidak cukup haya secara teoritis saja, tetapi harus dilakukan
dalam praktek. Di samping mempelajari buku-buku juga perlu melihat dan mencoba
alat tersebut.
Leslie Rae (2005) mengatakan ada beberapa manfaat
yang ditawarkan alat bantu pelatihan ( alat praktek ) yaitu sebagai berikut :
1.
Keragaman dan keawetan.
2.
Berdampak besar.
3.
Membantu ingatan.
4.
Alat bantu yang tepat guna kejelasan dan ketepatan.
5.
Konsistensi dan kualitas pikiran.
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Dari uraian sub bab mengenai tinjauan pustaka, diketahui
bahwa muatan LPG merupakan muatan khusus dengan pengangkutan yang khusus juga,
yaitu menggunakan kapal tangker jenis gas carrier yang telah dilengkapi dengan
alat-alat keselamatan. Oleh karena itu, Penanganan muatan LPG di atas kapal
sangat membutuhkan prosedur dan kemampuan atau skill yang bagus karena jenis
muatan LPG termasuk muatan yang berbahaya terutama pada saat persiapan pemuatan
yang terjadi di manifold. Untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
mengenai penanganan muatan LPG diperlukannya pelatihan-pelatihan khusus yang
ditandai dengan adanya sertifikat LGT (Liquified Gas Tanker). Lembaga-lembaga
yang mengadakan pelatihan-pelaihan khusus tersebut juga harus mengacu kepada
apa yang diterapkan di dalam STCW mengenai standarisasi pelatihan yang harus
didapat oleh calon-calon awak kapal yang akan bergabung dengan kapal tanker
jenis gas carrier dan pelatihan-pelatihan tersebut seharusnya memfokuskan sistem
pelatihannya dengan praktek.
Apabila awak kapal dan buruh pelabuhan yang terlibat
dalam proses penanganan muatan telah mendapatkan pengetahuan yang cukup secara
teori dan praktek dan juga berkerja sesuai dengan pengetahuan yang telah
diperoleh dari lembaga-lembaga yang sudah dijelaskan di dalam tinjauan pustaka
dan mengerti mengenai karakteristik muatan LPG itu sendiri, maka
kesalahan-kesalahan pada saat pemuatan yang biasa terjadi di atas kapal dapat
diminimalisasikan.
1. Secara
Tehnik Operasional
a. Tindakan
pencegahan terhadap timbulnya kendala-kendala pada saat pelaksanaan pemuatan
LPG dengan persiapan dan penanganan muatan secara efektif dan aman sesuai
dengan prosedur.
b.Mengupayakan
untuk meminimalis kendala-kendala pemuatan, bahaya-bahaya atau resiko yang mungkin timbul akibat penanganan
muatan yang kurang efektif yang bisa menghambat kelancaran operasional
kapal.
2. Secara
Management
Menciptakan koordinasi
yang baik dan harmonis antara sesama porsonel, baik dari pihak intern kapal
maupun pihak kapal dengan pihak terminal dalam hubungannya dengan penanganan
muatan secara efektif.
Pihak kapal dalam hal ini
harus lebih mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan sarana pengoperasian
serta transparan dalam penggunaan barang yang tersedia sesuai dengan permintaan
kepada perusahaan.BAB III
METODE PENELITIAN
A.
WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
1.
Waktu penelitian
Penelitian serta pengamatan yang dilakukan secara langsung yang terkait
dengan masalah yang diangkat dalam penulisan skripsi ini dilakukan saat praktek
berlayar sesuai dengan program belajar penulis pada tahun ketiga (semester V
dan semester VI) yaitu melaksanakan praktek laut, yang kurang lebih satu tahun
mulai dari tanggal 17 Agustus 2011 sampai dengan 24 Agustus 2012, dan
dilanjutkan penelitian di darat setelah turun dari kapal.
2.
Tempat penelitian
Tempat penelitian mengenai permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini
dilakukan di :
a. SHIPS
IDENTIFICATION
1)
Classification Number : 963036
2)
IMO Number : 8910897
3)
Ship’s Name : MT GAS KOMODO
4)
Flag : INDONESIAN
5)
Port of Registry : JAKARTA
6)
Call Sign : PNIC
7)
Official Number : 13943
b.
SHIP PARTICULARS
1)
Tonnage Gross : 45032
Ton
2)
Tonnage Net : 17684Ton
3)
Deadweight : 75723 Ton
4)
Light Weight : 2,144.34 Ton
5)
Draught (m) : 11.5 m
6)
Height (m) : 32.00 m
7)
Trial Speed (kt) : 16.1
kt
8)
Sea Speed (kt) : 14.0 kt
9)
Type of Ship and Purpose : MT / LPG (Refrigerated)
10)
Position of Machinery Room : MARCH
AFT
11)
LOA (m) : 224,3 m
12)
Breath (m) : 36.00 m
13)
Depth Moulded (m) : 21.8 m
14)
Cargo tank Capacity : 78542,986 m3
15) Cargo Temperature : Min: -42 deg C Max: 5deg C
16) Capacity of Tanks (m3) : FO 179 / WB 1,154
17) Type of
Cargo Pumps : Elektric Motor Driven
Deepweel Pump, 8 sets
18) Power
& Flow Rate : 8 x 530 m3/hours AT 120 MLC
c.
SHIPBUILDER
1)
Shipbuilder : NKK CORPORATION,TSU,JPN
2)
Class :
DNV 1A1 Tanker for liquiefied gas,
EO, ICE-C ID NO 16585
3)
Date of Keel Lay : 28
May 1990
4)
Date of Launch : 17 Oktober 1990
5)
Date of Delivery : 26 Maret 1991
d. CREW LIST
No
|
Crew
No.
|
Name
|
Rank
|
Nationality
|
|
1
|
M044
|
Max Jermias Molina
|
Master
|
Indonesia
|
|
2
|
D040
|
Dasuki
|
Chief
Officer
|
Indonesia
|
|
3
|
A523
|
Ari Setyo Nugroho
|
2nd
Officer
|
Indonesia
|
|
4
|
M494
|
Mulyo Aris Wibowo
|
3rd
Officer
|
Indonesia
|
|
5
|
T291
|
Tandy Gunawan
|
Sdc
|
Indonesia
|
|
6
|
A070
|
Agung Riyadi
|
Chief
Engineer
|
Indonesia
|
|
7
|
O006
|
Ochik Dwi Yulianto
|
2nd
Engineer
|
Indonesia
|
|
8
|
W295
|
Wisnu Febryanto
|
Cargo
Eng
|
Indonesia
|
|
9
|
E309
|
Erizan
|
3rd
Engineer
|
Indonesia
|
|
10
|
A397
|
Agus Rubiyanto
|
4th
Engineer
|
Indonesia
|
|
11
|
T027
|
Topo Pramono
|
Electrician
|
Indonesia
|
|
12
|
A555
|
Anwar
|
P/Man
|
Indonesia
|
|
13
|
A295
|
Albert Daniel Michiel
|
Q/M
- A
|
Indonesia
|
|
14
|
M338
|
Muhammad
|
Q/M
- B
|
Indonesia
|
|
15
|
H023
|
Hapil
|
Q/M
- C
|
Indonesia
|
|
16
|
W107
|
Wisma Teja Kusuma
|
Fitter
|
Indonesia
|
|
17
|
A275
|
Asmadi
|
Oiler
- A
|
Indonesia
|
|
18
|
B316
|
Budi Santoso
|
Oiler
- B
|
Indonesia
|
|
19
|
S366
|
Sumadi
|
Oiler
- C
|
Indonesia
|
|
20
|
J101
|
Jendry Paath
|
Chief
Cook
|
Indonesia
|
|
21
|
M599
|
Muhamad Milal
|
Messboy
|
Indonesia
|
|
22
|
B018
|
Bayu Dwi Ansar
|
Deck
Cadet
|
Indonesia
|
|
23
|
D039
|
Dwi Rakhmad Dimyati
|
Deck
Cadet
|
Indonesia
|
|
24
|
F041
|
Febrian Ardi Wibowo
|
Deck
Cadet
|
Indonesia
|
|
25
|
L034
|
Lintang Zasa Ibrahim
|
Engine
Cadet
|
Indonesia
|
|
26
|
A103
|
Aryo Purwoko Andanadi
|
Engine
Cadet
|
||
Tabel 3.1
Untuk mendukung tercapainya suatu penelitian skripsi yang berbobot dari
segi analisis, maka penulis juga melakukan studi pustaka di perpustakaan yang
tersedia di kampus (STIP). Tempat penulis mengambil informasi-informasi yang
berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi ini, yang di ambil dari buku-buku
pengetahuan yang ada di perpustakaan tersebut.
B.
METODE PENDEKATAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.
Metode
Pendekatan
Metode Pendekatan yang
penulis gunakan dalam penyusunan skripsi
ini berdasarkan pada data kualitatif, fakta dan informasi yang pernah dialami
penulis dan diterima selama melakukan praktek di atas kapal ditambah dari buku
dan modul yang penulis baca mengenai permasalahan yang akan penulis bahas dalam
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa data dan informasi yang lengkap, objektif
dan dapat dipertanggung jawabkan
sangat diperlukan agar dapat diolah dan disajikan menjadi suatu gambaran dan
pandangan yang dapat membantu dalam penyusunan skripsi ini.
2.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi
ini diperlukan beberapa dukungan atau data analisa dalam perumusan materi
permasalahan guna mendapatkan hasil penulisan yang baik. Dalam hal ini penulis
mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a.
Observasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke
lapangan untuk mengamati sesuatu hal yang dijadikan sebagai obyek penelitian.
Dengan melakukan observasi penulis dapat mengambil keuntungan yaitu dengan cara
pengamatan data secara langsung mengenai prilaku tipikan dari objek dapat
dicatat segera, dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang, serta
selain itu data menjadi lebih objektif, terpercaya dan dapat
dipertanggung-jawabkan (Moh. Nasir ph.d, 1995, Metode Penelitian). Dalam hal
ini pengamatan yang dilakukan adalah mengenai kondisi dan keterampilan anak
buah kapal dalam melaksanakan dan menangani prosedur pemuatan secara efektif,
mulai dari pemasangan lengan-lengan pipa pemuatan (loading arms) darat ke kapal
sampai dengan proses pemuatan tersebut selesai. Tujuan dari observasi ini
adalah untuk mendapatkan data primer yaitu suatu data yang diperoleh dan
dikumpulkan secara langsung di lapangan atau di atas kapal.
b.
Wawancara
Maksud dari teknik pengumpulan data dengan metode
wawancara adalah untuk memperoleh jawaban atau jalan keluar dari suatu
permasalahan yang ada melalui tanya jawab yang dalam hal ini pertanyaannya
mengenai LPG. Dalam hal ini pihak yang diwawancarai atau ditanya adalah
beberapa perwira yang ada di atas kapal dan rating-rating yang standby di
manifold pada saat proses pemuatan berlangsung. Penulis menyadari bahwa dalam
melakukan wawancara cukup sulit untuk meminta jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan terhadap perwira tersebut dan hasil dari wawancara tidak
berjalan dengan lancar. Namun hasil dari penelitian penulis mendapatkan
data-data dan informasi yang tentunya sangat berguna untuk mendukung dalam
penulisan skripsi ini.
Adapun masalah yang dibahas dalam wawancara tersebut antara lain :
1)
Pemahaman tentang prosedur pemuatan LPG mulai dari
pemasangan lengan-lengan pipa pemuatan (loading arms) sampai dengan lepasnya kembali
lengan-lengan pipa pemuatan (loading arms) tersebut.
2)
Spesifikasi dan karakteristik dari muatan LPG.
3)
Pelatihan-pelatihan yang didapat oleh awak kapal
sebelum bergabung dengan kapal-kapal LPG.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang ditempuh
dengan cara melihat dokumen foto atau gambar, membaca dan menelaah
dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang diangkat. Dalam studi
dokumentasi ini diperoleh data-data yaitu sertifikasi semua awak kapal mengenai
LPG familirisasi, data-data kebocoran yang terjadi di manifold dan cara
penanggulangannya, dan silabus-silabus pelatihan badan diklat atau training
center tentang familiarisasi LPG.
C.
SUBJEK PENELITIAN
Dikarenakan obyek penelitian yang dibahas di dalam penulisan skripsi ini
hanya satu, maka tidak digunakan metode populasi dan sample, tetapi metode yang
dipakai di dalam penelitian ini adalah studi kasus. Pengertian dari studi kasus
adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengamati aspek tertentu
atau secara spesifik untuk memperoleh data yang ada sesuai dengan tujuan
penelitian. Metode studi kasus hanya melibatkan satu kasus, akan tetapi metode
ini dapat pula melibatkan banyak kasus. Studi kasus merupakan studi deskriptif
melalui individu, kelompok atau organisasi yang diwawancarai maupun observasi.
Studi kasus ini juga melibatkan sumber data yang banyak jenisnya.
D.
TEKNIK ANALISIS DATA
Adapun teknik analisis yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini
yaitu metode deskriptif. Yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah metode
yang menggambarkan, mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan serta menjabarkan
data atau kejadian yang terjadi di atas kapal dengan sejelas-jelasnya sehingga
pembaca dapat memahaminya. Dimana dalam hal ini penulis menjelaskan tentang
permasalahan yang berkaitan dengan persiapan dan proses pemuatan di atas kapal
yang akibatnya sangat fatal bagi manusia, kapal dan lingkungan apabila terjadi
kesalahan. Dengan menganalisa penyebab-penyebab terjadinya permasalahan
tersebut, mulai dari prosedur bongkar muat LPG, pengetahuan awak kapal tentang
prosedur memuat dan karakteristik dari muatan LPG dan juga sistem pembelajaran
yang mereka dapatkan sebelum bergabung dengan kapal LPG. Maka penulis
mendapatkan faktor utama yang menyebabkan sering terjadinya permasalahan
tersebut dan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini
menyangkut teknik pembelajaran yang diadakan di lembaga-lembaga pelatihan
mengenai penanganan muatan LPG.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
DESKRIPSI
DATA
Kita menyadari dewasa ini peningkatan dan perkembangan armada LPG di
dunia sangat pesat dikarenakan kebutuhan negara-negara maju dan juga negara
berkembang akan LPG sebagai bahan bakar yang semakin meningkat. Mereka lebih
memilih LPG karena nilai pembakarannya yang lebih baik dan tidak menimbulkan
polusi udara. Perusahaan-perusahaan pelayaran yang mempunyai armada LPG
diperkirakan akan menjadikan penambahan armada tiap tahunnya karena peningkatan
permintaan LPG tersebut. Dengan adanya penambahan armada tersebut secara tidak
langsung akan terjadi peningkatan atau penambahan kebutuhan pelaut yang lebih
untuk pengoperasian kapal LPG. Pelaut-pelaut yang dibutuhkan di atas kapal LPG
adalah pelaut (awak kapal) yang benar-benar berkompeten dan terampil dalam
penanganan muatan karena LPG adalah muatan yang sangat berbahaya yang termasuk
ke dalam klasifikasi muatan berbahaya, sehingga diperlukan pengetahuan dan
keterampilan khusus dalam penanganannya terutama pada saat persiapan proses
pemuatan atau transfer muatan dimulai.
MT GAS KOMODO adalah salah satu jenis kapal gas carrier type Fully
Refrigrated yang dilengkapi dengan 4 tabung muatan berbentuk prismatic yang
kapasitas dari tangki muatannya 78542 m3.
Berikut adalah data-data dari kapal MT GAS KOMODO tempat penulis melakukan
penelitian.
1. SHIPS
IDENTIFICATION
a)
Classification Number : 963036
b)
IMO Number : 8910897
c)
Ship’s Name : MT
GAS KOMODO
d)
Flag : INDONESIAN
e)
Port of Registry : JAKARTA
f)
Call Sign : PNIC
g)
Official Number : 13943
2.
SHIP PARTICULARS
a)
Tonnage Gross : 45032 Ton
b)
Tonnage Net : 17684Ton
c)
Deadweight : 74559 Ton
d)
Light Weight : 2,144.34 Ton
e)
Draught (m) : 11.5 m
f)
Height (m) : 32.00 m
g)
Trial Speed (kt) : 16.1 kt
h)
Sea Speed (kt) : 14.0 kt
i)
Type of Ship and Purpose : MT / LPG (Refrigerated)
j)
Position of Machinery Room : MARCH
AFT
k)
LOA (m) : 224,3 m
l)
Breath (m) : 16.00 m
m)
Depth Moulded (m) : 12 m
n)
Cargo tank Capacity : 56875 m3
o) Cargo Temperature : Min: -42
deg C Max: 5deg C
p) Capacity
of Tanks (m3) : FO 179 / WB 1,154
q) Type of
Cargo Pumps : Elektric Motor Driven
Deepweel Pump, 8 sets
r) Power
& Flow Rate : 1760 RPM & 1500 m3/hours
3.
SHIPBUILDER
a)
Shipbuilder : NKK CORPORATION,TSU,JPN
b)
Date of Keel Lay : 28 May 1990
c)
Date of Launch : 17 Oktober 1990
d)
Date of Delivery : 26 Maret 1991
4. Prosedur Penanganan Muatan
Menurut buku Tangker Safety Guide Liquefied Gas mengenai informasi
muatan, dijelaskan bahwa :
IMO code mengharuskan setiap kapal harus dilengkapi dengan informasi
mengenai muatannya :
a.
Seluruh
penjelasan dari sifat fisik dan kimia
yang diperlukan untuk upaya pengendalian kargo yang aman.
b.
Tindakan yang akan
diambil jika terjadi tumpahan atau kebocoran muatan.
c.
Tindakan yang harus
dilakukan terhadap kontak langsung dengan muatan yang tidak disengaja.
d.
Prosedur memadamkan
api dan alat-alat pemadam kebakaran yang digunakan.
e.
Prosedur untuk
transver kargo, gas freeing, ballasting, tank cleaning dan perubahan pada
muatan.
f.
Peralatan khusus yang
diperlukan untuk penanganan yang aman dari muatan tertentu.
g.
Suhu minimum pada
tangki muatan.
h.
Prosedur darurat.
i.
Kompatibilitas.
j.
Rincian dari batas
maksimum yang diizinkan untuk mengisi setiap muatan yang mungkin dilakukan pada
setiap temperatur yang berbeda, referensi dar suhu maksimum dan tekanan yang
diatur untuk setiap katup buang.
Nahkoda harus meminta nama teknis yang benar atas muatan yang akan dimuat sesegera mungkin sebelum proses tranfer muatan dimulai. Nahkoda harus mencantumkan karakteristik muatan dan certificate of fitness. Data muatan dalam bentuk lembaran harus di pampang pada papan. Nahkoda dan semua orang harus membaca lembar data dan informasi terkait lainnya untuk mengetahui tentang karakteristik setiap jenis muatan yang akan dimuat. Jika muatan yang akan dimuat adalah campuran (misalnya LPG), informasi pada komposisi campuran harus diketahui, termasuk suhu dan tekanan dalam tangki darat dapat digunakan untuk memverifikasi informasi ini.
LPG merupakan senyawa yang terbentuk dari
unsur propane dan butane. Penggunaan
LPG di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat
dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, LPG juga cukup banyak digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor.
LPG bukan merupakan gas yang beracun akan
tetapi salah satu risiko dari penggunaan LPG adalah terjadinya kebocoran pada instalasi gas
sehingga bila terkena percikan api dapat menyebabkan kebakaran. Pada awalnya, gas LPG tidak berbau, tapi bila demikian akan
sulit mendeteksi apabila
terjadi kebocoran pada instalasi gas. Menyadari hal itu, Pertamina selaku penyedia dan
distributor LPG menambahkan gas mercaptan yang baunya
khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi bila
terjadi kebocoran pada instalasi gas.
Berikut adalah informasi dari sifat-sifat
muatan LPG yang perlu untuk di ketahui mengenai prosedur darurat, serta efek
jika terkena kontak fisik secara langsung dan muatan LPG.
Tindakan emergency yang perlu dilakukan
apabila :
a.
Jika Timbul Api.
Hentikan suplay gas, jangan memadamkan api
selama suplay dari gas belum dihentikan. Untuk menghindari kemungkinan bahaya
ledakan yang mungkin bisa terjadi. Padamkan api yang timbul dengan menggunakan
pemadam jenis dry-powder, halon atau CO2. Dinginkan tangki dan area sekitarnya dengan
menggunakan air dalam bentuk spray.
Efeknya : terjadi kebakaran yang dapat
menyebabkan ledakan.
b.
Jika Mata Terkena Cairan LPG.
Sesegera mungkin untuk membersihkan mata
dengan air bersih, bersihkan mata dengan posisi mata terbuka. Jangan melakukan
kontak fisik dengan mata seperti mengusap dengan tangan dan lakukan pembersihan
setidaknya 15 menit serta meminta saran dan bantuan medis secepatnya.
Efeknya : Rusaknya jaringan pada mata yang
disebabkan pembekuan.
c.
Cairan di Kulit.
Sesegera mungkin untuk membuka pakaian
yang terkontaminasi LPG, dan membasuh dengan air bagian tubuh yang terkena LPG.
Lakukan pertolongan pada korban atau pasien dengan membenamkan atau membasuh
bagian yang terkena LPG dengan air hangat sampai bagian tubuh yang terkena LPG
kembali lunak seperti semula. Meminta bantuan dan saran medis secapatnya.
Efeknya : Rusaknya
jaringan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh pembekuan.
d.
Apabila Vapour Terhirup.
Pindahkan korban ke tempat terbuka agar
korban mendapatkan udara segar. Apabila nafas dari korban terhenti atau lemah
atau tidak teratur, lakukan pernapasan buatan atau beri oksigen seperlunya.
Meminta bantuan dan saran medis secapatnya.
Efeknya : sesak nafas, pusing, pening dan
mengantuk.
e.
Bila Terjadi Kebocoran.
Hentikan kebocoran, dengan berhati-hati
agar tidak terkontaminasi cairan LPG. Siram dengan air untuk mencegah kerusakan
pada benda dan untuk mengurai unsur LPG agar tidak terjadi pencemaran.
Informasikan pejabat pelabuhan yang berwenang atau petugas penjaga pantai
tentang kebocoran.
Antisipasi yang dilakukan untuk mencegah
kemungkinan buruk diatas pada saat menangani muatan LPG adalah menggunakan
pelindung pada semua bagian tubuh seperti sarung tangan, sepatu, kacamata
pelindung serta perlindungan wajah atau muka.
Proses penanganan muatan LPG mulai dari pemasangan loading arm dan vapor
arm sampai dilepasnya lagi loading arm dan vapor arm tersebut harus terlaksana
dengan baik, artinya seluruh awak kapal harus memahami prosedur-prosedur
pemuatan LPG dan memahami tugas masing-masing.
B.
ANALISIS DATA
Berikut penulis akan memaparkan beberapa contoh kejadian kendala-kendala
yang terjadi pada saat kegiatan pemuatan karena penanganan muatan yang kurang
efektif pada saat melaksanakan prosedur pemuatan LPG keatas kapal, serta kurangnya pemahaman awak kapal mengenai
prosedur dan karakteristik dari muatan LPG.
1.
Kejadian pertama, pelabuhan Pertamina Kalbut Situbondo,
Bontang-Situbondo.
Sesuai dengan voyage
order tujuan pelabuhan bongkar yaitu pelabuhan bongkar Pertamina Kalbut
Situbondo, dengan nomor voyage 04/12.
Kapal penulis membongkar muatan dengan cara ship
to ship transfer. Dan membongkar jenis muatan LPG jenis butane (C4H10) dan
propane (C3H8).
Dalam hal ini, pihak kapal sudah dalam keadaan siap bongkar (ready to discharging), karena sebelumnya
sudah dilaksanakan persiapan dari tanki itu sendiri dan tanki sedah siap
bongkar dengan sertifikat NOR (notice of rediness). Setelah kapal sudah
selesai memasang tali tambat sesuai dengan mooring
arrangement, berikutnya adalah memasang seluruh perlengkapan peralatan
pemasangan fleksible house(commanced
hose) seperti baut, mur, reducer, gasket , kunci torak, botol sabun
termasuk botol pemadam dan selang air untuk water curtain.
Dalam kejadian ini kapal penulis adalah kapal mother ship atau kapal induk. Pada waktu
yang bersamaan diadakan pre-loading meeting antara Mualim Satu MT Gas
Komodo,dan Mualim satu AE Gas dengan operator terminal (Loading Master). Yang
membahas tentang langkah-langkah pembongkaran diikuti oleh pemeriksaan tanki
muat dan penyerahan ship / shore safety
checklist yang di setujui oleh pihak kapal dan pihak darat dan di
tandatangani oleh operator darat dan pihak kapal. Dan dilanjutkan dengan
pemasangan reduccer pada manifold untuk menyambung liquid line (pipa muatan) dengan fleksible hose dari kapal kita ke kapal
pembongkaran dengan ship to ship (AE
GAS).
Setelah proses pemasangan fleksible hose diatas telah diselesaikan, hal selanjutnya adalah
melaksanakan pemeriksaan terhadap manifold
seperti tes kebocoran (leak test)
pada koneksi pipa dari kapal sebelah penerima muatan dan pipa sampai dengan ke flesible house ,pipa tersebut di tekanan
normal 4.0 bar dan maksimal 5.0 bar,dengan tekanan yang sudah di tentukan maka
dapat terlihat jika ada kebocoran, dengan menyiramkan cairan sabun pada
sambungan koneksi pipa darat dan pipa kapal, apabila di temukan kebocoran maka
koneksi tersebut akan mengeluarkan gelembung sabun yang harus segera di
kencangkan. Setelah selesai diadakan pengecekan pada koneksi pipa, berikutnya
dilanjutkan dengan persiapan pemuatan dengan melaksanakan line-up pada pipa-pipa kapal, cargo
pump,booster pump, cargo heater. Setelah semuanya sudah siap, di mulailah
pembongkaran yang pertama, di mulai dari butane
terlabih dahulu dan setelah butane
selesai di lanjutkan kembali dengan pembongkaran yang ke 2 adalah propane. Setelah proses pembongkaran
semua telah selesai, maka kita lakukan proses pelepasan pada selang atau cargo hose pembongkaran. Sebelum proses
pelepasan dari selang tersebut ada proses pelepasan selang tersebut. Dari mulai
menurunkan pressure di selang, sisa
muatan di selang dengan cara hot gas blow,
menutup valve manual maupun hydraulic dari manifold. Setelah semua proses itu telah selesai maka di lakukan
pelepasan pada selang. Karena sudah sering di lakukan dan sudah terbiasa pada
pemasangan dan pelepasan selang. Dalam kejadian ini, buruh darat yang bekerja
melepas dan memasang selang, pada waktu buruh darat tersebut itu belum ada
perintah dari mualim yang berdinas jaga di deck
untuk melepaskan selang tersebut, ternyata mereka telah membuka baut pada
selang yang terhubung ke kapal sebelah atau kapal AE GAS. Ternyata tanpa di
sadari oleh buruh darat tersebut, dan selang tersebut masih memiliki tekanan yang
tidak di ketahui, setelah manifold
tersebut sudah terlepas bautnya setengah dari manifold masih belum terjadi apa-apa, mereka pun melajutkan membuka
baut yang lainnya, dan ternyata setelah mereka membuka beberapa baut lainnya
ada gas dan cairan LPG yang masih berada di selang tersebut yang keluar melalui
manifold yang terbuka tadi, keluarlah gas dan cairan
LPG tersebut dan hingga mengenai pihak buruh tersebut dan mengakibatkan luka
yang cukup parah pada buruh darat tersebut. Hampir dari badan buruh tersebut
tersiram dari cairan LPG yang memiliki tekanan. Setelah di lakukan penanganan
dengan melakukan penyiraman pada buruh tersebut manggunakan shower yang berada di deck dan memerintahkan kepada buruh yang
terkena cairan LPG tersebut untuk melapas pakaian yang mereka gunakan, dan
dibilas sampai bersih agar cairan muatan yang terkena tubuh buruh tersebut
segera hilang. Ternyata dalam kejadian ini menimbulkan lika yang cukup serius,
luka bakar yang dikarnakan terbakar dingin frozzbite
dari mulai leher hingga bagian paha. Buruh yang bekerja ini tidak di lengkapi
dengan alat keselamatan personal yang lengkap, hanya menggunakan boiler suit,
sarung tangan, helmet, dan sepatu. Tanpa menggunakan pakaian lengkap seperti PPE(personal protectif equipment) yang telah
di rekomendasikan oleh perusahaan, untuk memasang dan membuka selang tersebut.
Dalam hal ini yang
sangat di rugikan adalah buruh darat tersebut, yang mau bekerja tanpa di
lengkapi dengan alat keselamatan bagi dirinya. Buruh tersebut berasal dari
pihak PERTAMINA yang di pekerjakan untuk membantu pada proses mooring dan
pemasangan selang. Seandainya mereka di bekali pengetahuan mengenai
karakteristik dari gas atau muatan tersebut, mereka akan lebih berhati-hati
dalam peruses pemasangan maupun pelepasan selang
Setelah mengkaji kejadian tersebut, ternyata sumber masalah
timbul karena terjadi kesalahan dalam proses pembongkaran yaitu propane yang
mempunyai suhu -420 C di muat
lebih dulu daripada butane yang mempunyai suhu lebih tinggi daripada butane
yaitu -50 C.
Dari kasus yang terjadi pada kejadian
pertama diatas, terdapat kesalahan-kesalahan dalam prosedur pembongkaran propane dan butane(LPG), sehingga mengakibatkan terjadinya kendala-kendala yang
menyebabkan proses pembongkaran tidak berjalan lancar. Dengan kejadian ini
penulis akan menganalisis lebih mengenai
prosedur yang tidak dijalankan melalui kompetensi dari pemahaman awak kapal
tersebut. Yang dikarnakan kurang kehati-hatian dalam melaksanakan proses
pemasangan maupun pelepasan dari selang yang di gunakan proses bongkar. Tidak
menggunakannya PPE(personal
protective equipment) sesuan dengan prosedur yang telah ada. Kurangnya
pemahaman rating (jurumudi, bosun)
dan buruh darat mengenai sifat, karakteristik dan penanganan muatan LPG.
Sehingga terjadilah kejadian yang mengakibatkan kerugian bagi buruh tersebut
maupun pemilik muatan, yang mengakibatkan keterlambatan dalam pembongkaran. Hal
tersebut menunjukan kurang pahamnya awak kapal dan buruh darat mengenai sifat,
karakteristik dan penanganan muatan LPG keatas kapal.
2.
Kejadian kedua, pelabuhan Situbondo - Bontang.
Sesuai dengan voyage order tujuan tempat pelabuhan muat
yaitu pelabuhan muat PT Badak Bontang. Kapal sandar kanan di dermaga (jetty no.
3) Bontang Kaltim pada tanggal 13 Maret 2012. Untuk memuat LPG jenis butane (C4H10) dan
propane (C3H8).
Setelah kapal sandar di dermaga mualim dua yang bertanggung
jawab langsung stand by untuk mempersiapkan peralatan untuk proses muat dengan
di bantu oleh bosun, juru mudi dan deck cedet, seperti memasang bonding kabel,
gang way dan ESDV serta seluruh perlengkapan peralatan pemasangan selang
seperti baut, mur, reducer, kunci torak, botol sabun termasuk botol pemadam dan
selang air untuk water curtain. Beberapa buruh pelabuhan juga ikut membantu
dalam proses pemasangan loading arm dan vapor arm.
Perwira jaga dalam hal ini adalah
Mualim dua harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa tindakan pencegahan
dalam keadaan darurat telah dipahami untuk dapat di jalankan. Seperti dalam keadaan darurat,
prosedur darurat shutdown harus
dilaksanakan dengan menggunakan ESDV.
Setelah selesai proses pemasangan
antara loading arms dan manifold
kapal, Selanjutnya dengan mempersiapkan persiapan pemuatan dengan me line-up
seluruh pipa-pipa muatan dan katub-katub muatan yang akan digunakan dalam
proses memuat. hal berikutnya adalah pengecekkan terhadap saluran koneksi pipa
muatan yang di aliri oleh tekanan normal 2.0 bar dan maksimal 5.0 bar. Dan kemudian
dilanjutkan dengan menyiramkan cairan sabun, yang
apabila ditemukan koneksi yang bocor maka akan mengeluarkan gelembung dan harus
segera di kencangkan.
Dalam hal ini di temukan masalah
yaitu adanya kebocoran pada koneksi pemuatan (reduccer), karena pada koneksi
tersebut mengeluarkan gelembung sabun. Pihak kapal dan pihak darat tidak
menghendaki adanya kebocoran pada liquid
manifold, maka Mualim Satu memprediksikan bahwa kurang kencangnya baut-baut
yang ada pada sambungan manifold kapal dan loading arms darat. Kemudian Mualim
Satu memerintahkan Bosun dan Juru Mudi untuk mengencangkan baut-baut pada
sambungan koneksi tersebut. Akhirnya kebocoran tersebut bisa diatasi dan tidak
ada kebocoran lagi.
Ketika proses pemuatan sudah di mulai, pada proses pemuatan
butane pada tangki nomor 1 dan nomor 2. Pada awal pemuatan, terjadi kebocoran
lagi pada koneksi pemuatan (reduccer) yang memiliki
tingkat kebocoran cukup besar. Maka dengan segera Mualim Satu meminta darat
untuk segera menghentikan pemuatan dan menutup katub-katub yang ada di darat.
Setelah kejadian tersebut Mualim Satu dan Loading Master memeriksa sambungan
reducer, yang setelah diperiksa ditemukan bahwa gasket pada sambungan reduccer
tersebut mengkerut karena suhu dingin muatan dan karena bahan yang digunakan
kurang tepat sehingga terjadi pengkerutan. Kurangnya pemahaman awak
kapal mengenai sifat bahan yang akan mengkerut apabila didinginkan ini yang
dapat menimbulkan kendala dalam proses pemuatan.
Oleh karena itu, tindakan yang diambil oleh Mualim Satu
yaitu mengganti Gasket pada koneksi reduccer tersebut dengan gasket yang terbuat dari bahan yang
berbeda. maka setelah diadakan pengetesan sampai dimulainya proses pemuatan
tidak terjadi kebocoran lagi sampai akhirnya kapal selesai melakukan transfer
muatan.
Pada kejadian kasus kedua diatas, terdapat
beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kebocoran pada saluran koneksi pipa
muat yang di karnakan rusaknya gasket
pada sekat penghubung antara manifold
dan loading arm. Dari kasus ini saya
menganalisis bahwa kurang perhatiannya awak kapal mengenai alat kelengkapan
dalam proses bongkar muat. Mungkin awak kapal melihat alat yang dengan kondisi
yang kurang baik di anggap sudah biasa, namun pemikiran ini menimbulkan masalah
pada saat proses pemuatan yang di lakukan. Kurangnya pemahaman awak kapal
mengenai panggunaan peralatan bongkar muat. Kurang disiplinnya awak kapal dalam
menjalankan tugas mereka masing-masing, meskipun mereka telah mendapatkan
pelatihan di darat.
Hal tersebut dapat menyebabkan peralatan tersebut tidak bekerja secara
optimal, sehingga dapat menghambat proses bongkar muat. Dari kejadian tersebut
banyak hal yang dapat merugikan perusahaan, karena dapat menimbulkan
keterlambatan untuk tiba di pelabuhan bongkar.
C. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan analisa dari data-data yang telah dibahas bahwa ditemukannya
beberapa kejanggalan yang terjadi di atas kapal MT GAS KOMODO. untuk mencoba
memecahkan masalah-masalah dari kasus dan kejadian-kejadian yang telah di
jelaskan sebelumnya. Maka alternatif dari pemecahan masalah di atas adalah
sebagai berikut :
1.
Alternatif pemecahan masalah dari kasus kejadian satu.
Dari penjelasan atas kejadian pertama pada deskripsi dan analisa data di
atas, dapat disimpulkan bahwa :
Kesalahan bersumber dari kurangnya pemahaman awak kapal mengenai
karakteristik dan penanganan muatan LPG ke atas kapal, terutama pengetahuan
terhadap karakteristik dari unsur-unsur pembentuk LPG yaitu Propane dan Butane.
Dari kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan, maka dapat diambil
alternatif pemecahan masalah tersebut yaitu sebagai berikut :
a.
Awak kapal/buruh darat harus mengikuti
pelatihan-pelatihan khusus LPG yang di tandai dengan adanya sertifikat LGT
(Liquified Gas Tanker).
b.
Untuk
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan akan LPG, seluruh awak kapal yang tergabung
dengan kapal LPG atau kapal tipe gas carrier, hendaknya membaca informasi
mengenai penanganan muatan, prosedur darurat serta karakteristik dari muatan
LPG yang dapat diperoleh melalui membaca buku-buku tentang prosedur penanganan
muatan yang telah disediakan di kapal.
c.
Para perwira kapal hendaknya memberi sosialisasi serta
pengetahuan tentang prosedur penanganan muatan yang efektif dan informasi yang
berkaitan dengan penanganan muatan LPG melalui safety meeting yang diadakan
sebelum kegiatan bongkar muat berlangsung.
d.
Diadakannya pemutaran safety video bagi seluruh awak
kapal yang ada kaitannya dengan penanganan muatan dan keselamatan kerja di atas
kapal tangker jenis gas carrier. Hal ini dapat di lakukan pada saat safety
meeting atau hari libur, dimana tidak ada kegiatan pada waktu kapal berlayar.
2. Alternatif pemecahan masalah dari kasus kejadian kedua.
Berdasarkan analisa data yang telah dikemukakan bahwa ditemukannya
beberapa kejanggalan yang terjadi di atas kapal yaitu tidak sesuainya cara pemasangan
reduccer pada koneksi selang muat
sesuai dengan buku petunjuk dan pelatihan-pelatihan yang diberikan di darat
masih kurang sesuai dengan landasan teori yang ada yaitu kurangnya praktek
penanganan muatan LPG bagi awak kapal yang akan bergabung dengan kapal LPG dan
buruh pelabuhan terutama mengenai pemasangan loading arms tersebut. Dengan
menganalisa terus ke lembaga-lembaga pelatihan yang mengadakan pelatihan LPG
ini, didapatkan kekurangan pada lembaga tersebut yaitu belum adanya pemberian
materi praktek mengenai penanganan muatan LPG khususnya materi praktek tentang
pemasangan hose connection.
Dari kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan, maka dapat diambil
alternatif pemecahan masalah tersebut yaitu sebagai berikut :
Menambahkan peralatan untuk praktek bongkar muat, khususnya dalam praktek
pemasangan loading arm bagi pusat
pelatihan LPG yang dalam hal ini BLT Training Center artinya lembaga tersebut
harus menyediakan :
a.
Alat praktek Loading Arm
Loading arm yang harus disediakan tidak harus sesuai dengan jumlah yang
ada di kapal sebenarnya, tapi cukup hanya satu loading arm saja karena sudah
mewakili yang lainnya karena semua loading arm mempunyai karakter yang hampir
sama.
b.
Reduccer dan Flange.
Reduccer yaitu alat penyambung antara loading arm darat dengan manifold
kapal dan Flange. Dimana dengan memberikan pelatihan praktek tata cara
pemasangan reduccer dan flange maka peralatan yang ada dapat di gunakan secara
maksimal.
c.
Gasket
Gasket disediakan supaya awak kapal mengetahui bentuknya gasket, serta
karakteristik dari bahan gasket tersebut, bagaimana sifatnya kalau diberi
tekanan dan lain-lainnya. Gasket yang harus disediakan yaitu semua jenis gasket
karena pemakaian yang berbeda pada bahan yang berbeda.
d.
Kunci torak (Torque Wrench)
Kunci torak (torque wrench) harus disediakan guna mempermudah pelatih
atau trainer untuk menjelaskan urutan-urutan kekuatan yang harus diberikan
dalam pemasangan baut-baut koneksi loading arm tersebut.
Pengadaan
peralatan praktek tersebut juga harus di dukung oleh pengajar yang terampil dan
berpengalaman. Supaya pengajaran teorinya bisa dipahami dengan baik oleh
peserta diklat.
Pemecahan masalah di atas merupakan pemecahan masalah pelatihan bagi para
calon awak kapal dalam persiapannya untuk bergabung dengan kapal LPG. Untuk
pelatihan di atas kapalnya sendiri harus menempatkan manual prosedur pemuatan
dan pemasangan loading arms yang lengkap termasuk tahap-tahap ukuran kekuatan
pengencangan bautnya di manifold. Prosedurnya tersebut adalah sebagai berikut :
1)
Menyikat bagian ulir baut maupun mur jika perlu.
2)
Memoleskan mur dengan molykote.
3)
Memasukkan gasket dan baut berserta mur ke dalam flange dengan tangan.
4)
Mengencangkan mur secara diagonal, sebagai contoh
flange yang mempunyai lubang 8 buah : 1-2-3-4-5-6-7-8.
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa para awak kapal MT GAS
KOMODO kurang mempunyai pemahaman akan prosedur dan karakteristik dari muatan LPG
sehingga hal tersebut dapat menyebabkan kendala-kendala pemuatan karena penanganan
muatan yang kurang efektif pada saat melaksanakan prosedur pemuatan LPG keatas
kapal.
D. EVALUASI PEMECAHAN MASALAH
1. Dari alternatif pemecahan masalah yang dikemukakan dapat dievaluasi
sebagai berikut:
a. Mengadakan sosialisasi serta pengarahan dan
diskusi tentang penanganan muatan LPG yang akan sangat baik sekali dilaksanakan
bersamaan dengan pemutaran safety video,
sehingga nahkoda atau orang-orang yang paling berpengalaman dapat menambahkan
informasi dan penjelasan untuk mendukung isi dari safety video tersebut. Karena kebanyakan film dalam Bahasa Inggris,
yang tidak semua awak kapal mengerti. Pelaksanaan pengarahan ini lebih baik
lagi dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan.
b. Pemasangan poster-poster di tempat-tempat yang
mudah terlihat seperti gang-gang, ruang meeting, ruang makan dan ruang santai
yang berkaitan dengan informasi muatan mulai dari sifat muatan, karakteristik,
serta prosedur darurat yang harus dilakukan.
c. Menyediakan buku-buku di atas kapal agar dapat
meningkatkan pengetahuan para awak kapal, seperti buku-buku tentang
keselamatan, penanganan muatan, dan beberapa buku yang berkaitan dengan kapal
tanker tipe gas carrier.
2. Selain mensosialisasikan prosedur standar
penanganan muatan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh perusahaan
pelayaran, hal tersebut adalah :
a.
Untuk keselamatan hendaknya perusahaan mengambil awak
kapal yang sudah mempunyai pengalaman pada kapal-kapal gas untuk ditugaskan
pada kapal gas. Karena apabila awak kapal yang di rekrut oleh kantor tidak
mempunyai pengalaman di atas kapal gas, maka hal ini akan sangat membahayakan.
Tidak saja bagi orang itu sendiri, tetapi juga bagi orang lain, muatan dan
kapal. karena apabila sampai terjadi kesalahan, akan menimbulkan resiko yang
cukup besar.
b.
Menyelenggarakan, mengirim atau memberikan pendidikan
kepada awak kapal ke lembaga-lembaga pelatihan yang berkaitan dengan muatan
gas, baik itu mengenai tata cara penanganan muatan atau mengenai keselamatan
kerja di atas kapal tanker gas.
c.
Hendaknya perusahaan melakukan inspeksi kepada
kapal-kapal tipe gas carrier mengenai kondisi dari tangki muatan, pompa muatan,
compressor, pipa-pipa muat termasuk manifold dan reduser serta indicator pressure,
temperature dan indikator ketinggian muatan.
d. Menambahkan
peralatan praktek untuk pemasangan loading arms bagi pusat pelatihan LPG,
sebagai contoh dalam hal ini adalah BLT Training Center.
e. Penambahan
alat peragaan untuk praktek seperti loading arm, gasket, reducer, flange, dan
peralatan lainnya yang dapat menunjang pengetahuan awak kapal serta pelaksanaan
pelatihan ulang di atas kapal yang ditangani langsung oleh Chief Officer atau
senior officer terdapat beberapa kelebihan dan kekurangannya.
1)
Kelebihan-kelebihan yang didapat jika menambahkan
peralatan praktek untuk pemasangan loading arms adalah sebagai berikut :
a)
Awak kapal yang akan bergabung dengan kapal LPG bisa
siap dan mempunyai pemahaman yang bagus mengenai karakteristik LPG dan peralatan-peralatan
yang digunakan terutama yang digunakan pada saat penanganan muatan di manifiold seperti yang dibahas di dalam
skripsi ini karena bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia.
b)
Perusahaan-perusahaan pelayaran yang memiliki armada
LPG tidak harus mengirim calon awak kapalnya untuk dilatih di luar negri yang
memiliki peralatan pelatihan yang lengkap, sehingga perusahaan tidak harus mengeluarkan biaya
yang lebih besar karena dalam setahun bisa jadi pengiriman tersebut dua kali.
c)
Dengan kelengkapan peralatan praktek yang dimiliki bisa
menarik perusahaan asing mengirim calon awak kapal mereka untuk dilatih di
lembaga pelatihan LPG ini.
d)
Kekurangan-kekurangan yang didapat jika adanya
penambahan peralatan praktek
e)
Biaya penginstalan pertama alat tersebut yang cukup
mahal.
f)
Harus didukung oleh tenaga pengajar yang terampil dan
berpengalaman dalam bidang LPG.
g)
Pelatihan praktek di atas kapal yang ditangani langsung
oleh Chief Officer atau Mualim I mengenai penanganan muatan LPG sebagai
familiarisasi awak kapal setelah mendapatkan pembelajaran secara teori di
darat. Pada saat pelatihan tersebut
berlangsung, awak kapal seharusnya belum diberikan tanggung jawab dan
tugas-tugas yang dikerjakan sendiri tanpa pengawasan artinya harus ditemani
oleh awak kapal yang sudah berpengalaman.
f.
Kelebihan-kelebihan yang didapat jika pelatihan tersebut diberikan di atas
kapal dengan ditangani langsung oleh Chief Officer atau senior officer adalah
sebagai berikut :
1) Awak kapal dihadapkan langsung
dengan kejadian langsung di atas kapal sehingga dapat memahami prosedur
penanganan muatan tersebut dengan lebih mudah.
2) Dengan adanya pelatihan yang harus
diberikan kepada awak kapal yang baru
bergabung, awak kapal yang senior atau yang berpengalaman akan terpacu untuk
meningkatkan pengetahuannya.
3) Perusahaan pelayaran tidak harus
mengeluarkan biaya yang mahal untuk penginstalan peralatan praktek di darat.
g. Kekurangan-kekurangan yang didapat apabila
pengadaan praktek tersebut dilaksanakan di atas kapal adalah sebagai berikut :
1)Ada biaya lain yang akan timbul jika
awak kapal yang dilatih di atas kapal tersebut membutuhkan waktu yang lama
untuk memahami prosedur penanganan muatan LPG tersebut.
2)
Waktu tambahan yang dibutuhkan oleh Chief Officer untuk
memberikan pelatihan mengenai penanganan muatan bagi awak kapal yang baru
bergabung di atas kapal LPG.
E. PEMECAHAN MASALAH YANG DIPILIH
1.
Berdasarkan evaluasi yang dikemukakan di atas dan setelah
mempertimbangkan dan melihat keuntungan serta kerugian yang telah dikemukakan
pada evaluasi pemecahan masalah ini, maka didapatkan alternatif-alternatif yang bisa digunakan oleh nahkoda, mualim, maupun perusahaan itu sendiri guna tercapainya tujuan
untuk memecahkan masalah, maka penulis mengambil pemecahan masalah yang efektif dan efisien adalah pelaksanaan pelatihan praktek di atas kapal sebagai
familiarisasi di atas kapal setelah mendapatkan pelatihan secara teori di
darat. Serta perusahaan hendaknya melakukan perekrutan terhadap awak kapal yang
sudah mempunyai pengalaman pada kapal-kapal gas untuk ditugaskan pada kapal gas carrier, yang ditandai dengan adanya
sertifikat LGT (Liquefied Gas Tangker). Selain itu pelatihan tersebut harus ditangani langsung oleh
perwira di atas kapal, Chief Officer
atau Senior officer karena
mereka yang bertanggung jawab terhadap penanganan muatan LPG. Melakukan
pemeriksaan terhadap check list
sebelum kegiatan transver muatan dan
pemasangan poster-poster mengenai data-data muatan dari prosedur darurat, sifat
dan karakteristik serta manual
prosedur pemasangan loading arms di manifold. Selain itu di manifold juga harus ditempatkan
prosedur pemasangan loading arms yang benar dan check list prosedur
penanganan muatan di manifold.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian pada bab-bab terdahulu, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini :
1.
Naiknya tekanan pada tangki muatan pada awal pemuatan
disebabkan oleh prosedur penanganan muatan yang kurang efektif pada saat
melaksanakan proses pemuatan LPG keatas kapal. Penyebabnya adalah kesalahan
dalam prosedur pemuatan LPG keatas kapal, proses pemasangan pipa di manifold dengan loading arm yang berada di
darat kurang di perhatikan, sehingga menimbulkan kebocoran. Tidak sesuainya
gasket/paking antara penghubung manifold dan loading arm, yang mengakibatkan
kebocoran di karnakan gasket tersebut tidak sesuai dengan prosedur akan
penggunaan untuk jenis muatan LPG.
2.
Terjadinya
kebocoran pada koneksi pipa-pipa saluran pemuatan pada waktu proses pemuatan di pelabuhan
muat yang dikarenakan kurangnya pengetahuan dan keterampilan
awak kapal serta buruh pelabuhan dalam mengoperasikan semua kegiatan pada saat
proses transver muatan dikarenakan pelatihan yang mereka dapatkan di
darat kurang maksimal. Diantaranya
belum ada pelatihan praktek mengenai penanganan muatan LPG khususnya pemasangan loading arms yang benar pada
lembaga pelatihan tesebut.
B. SARAN
Sesuai dari uraian
permasalahan yang terjadi, deskripsi data, serta adanya kesimpulan yang
didapat, dan untuk kelansungan proses penanganan muatan yang benar maka penulis
memberikan saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi awak kapal,
perusahaan pelayaran dan bagi pusat pelatihan LPG. Adapun saran-sarannya adalah
sebagai berikut :
1.
Pihak kapal
harus memberikan pelatihan praktek di atas kapal mengenai penanganan muatan LPG
bagi awak kapal yang baru bergabung dengan kapal LPG setelah mereka mendapatkan
pelatihan teori di darat, baik itu bagi calon perwira maupun rating. Pelatihan
tersebut harus ditangani langsung oleh Chief Officer atau Senior officer karena mereka yang bertanggung jawab
terhadap penanganan muatan LPG. Melakukan pemeriksaan terhadap check list sebelum kegiatan
transver muatan dan
pemasangan poster-poster mengenai data-data muatan dari prosedur darurat, sifat
dan karakteristik serta manual
prosedur pemasangan loading arms di manifold. Selain itu di manifold juga harus ditempatkan
prosedur pemasangan loading arms yang benar dan check list prosedur
penanganan muatan di manifold.
2. bagi perusahaan-perusahaan pelayaran yang
memiliki armada LPG harus terus memberikan pelatihan di darat sebagai persiapan
bagi awak kapal yang akan bergabung dengan kapal LPG. Serta melakukan
perekrutan terhadap awak kapal yang sudah mempunyai pengalaman pada kapal-kapal
gas untuk ditugaskan pada kapal gas carrier, yang ditandai dengan adanya
sertifikat LGT (Liquefied Gas Tangker).
3. Bagi
perwira kapal terutama nahkoda dan mualim satu hendaknya mengadakan sosialisasi
serta pengarahan dan diskusi tentang penanganan muatan LPG yang akan sangat
baik sekali dilaksanakan bersamaan dengan pemutaran film, sehingga nahkoda dan
mualim satu atau orang-orang yang paling berpengalaman dapat menambahkan
informasi dan penjelasan untuk mendukung isi dari film tersebut. Karena
kebanyakan film dalam bahasa inggris, yang tidak semua awak kapal mengerti.
Pelaksanaan pengarahan ini lebih baik lagi dilaksanakan secara rutin dan
berkelanjutan pada saat hari libur atau pada saat safety meeting.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Diklat Perhubungan, GAS TANKER FAMILIARIZATION, Jakarta, 2000, http://www.enautica.pt/publico/professores/baptista/NT_II/Gas_Familiarisation.pdf
International
Convention on Standard of Training Certification and Watchkeeping (STCW)
for Seafarers 1995 As Ammended I In 1997 and Ammended II.
McGuire and White, Liquefied Gas Handling Principles On Ships and In Terminal Third
Edition, 2000.
Marine Guidance Note
(MGN)95 / STCW 95 : Regulation V/1 para 2.2 and STCW Code Section A - V/1 para
22-34.
Liquefied Gas Carriers, Germanicisher LLOYD 2008 Chapter 6 Section
18.3 Personel Training ,and 18.6 Protective equipment, http://www.gl-group.com/infoServices/rules/pdfs/gl_i-1-6_e.pdf
Seal Mart, gasket type
& material overview Rubber Gasket For Propane And Butane, http://www.seal-mart.com/linkdc/link/s-mart%20gasket%20types%20&%20material%20overview.pdf
Komentar
Posting Komentar